Berat rasanya untuk menerima kenyataan bahwa yang kita sayangi telah tiada. Setelah kedua orang tuanya, kini adiknya juga ikut meninggalkannya. Walaupun hati menolak tapi takdir berkata lain. Seminggu sudah kepergian Felisa. Rasa sedih masih menyelimutinya. Kata bodoh itu yang pantas baginya. Sarah wanita itu masih merasa menyesali atas kepergian adiknya. Disini tak ada yang menyalahkan dirinya, hanya saja hatinya sedikit tak rela hingga membuat dirinyalah yang berhak di salahkan.
"Kakak jangan menyalahkan dirimu, sakitku ini memang Allah yang memberinya karena Allah sayang kepadaku ka," Sarah mengingat kata-kata Felisa yang mengatakan bukan dirinyalah yang bersalah akan sakitnya itu.
Sebenernya Sarah tidak ingin terus terpuruk dalam kesedihan. Semakin sedih semakin ia ingat akan sakit Felisa semakin juga ia menyesal pada dirinya sendiri. Sungguh ia tidak tahu akan jadi seperti ini, kalau saja ia tidak pergi waktu itu pasti ia akan menghabiskan banyak waktu bersama adik satu-satunya. Tapi semua sudah terlambat takdir berkata lain. Kini hanya tinggal kenangan.
"Sarah!" panggil seseorang.
Mendengar namanya di sebut dengan segera Sarah menghapus kasar jejak air mata yang membasahi pipinya. Kini Sarah sedang duduk di pinggiran kolam renang yang terdapat di bagian belakang rumahnya.
Sarah menoleh, "Aqilla!"
Aqilla mengernyit melihat raut wajah Sarah. Sungguh Sarah sedikit terlihat kusut.
Sarah beranjak dari duduknya dan berdiri seutunya, Sarah berjalan menghampiri Aqilla. "Kau kemari, kenapa tidak mengabariku terlebih dahulu?" Tanyanya.
Kini Aqilla sedang berkunjung ke rumah Sarah. Setelah pulang kuliah Aqilla menyempatkan mampir menemui Sarah. Aqilla memang sengaja tidak memberitahu Sarah kalau ia ingin berkunjung ke rumahnya. Aqilla hanya ingin tahu keadaan Sarah.
Aqilla tak mengindahkan pertanyaan Sarah, ia malah balik bertanya. "Kau sedang apa disini?"
Sarah memaksakan dirinya untuk tersenyum, "Hanya bersantai saja menikmati suasana siang ini," jawabnya.
Aqilla tahu bahwa Sarah berbohong. Kedua bola matanya memerah menandakan bahwa Sarah habis menangis. Terlihat wajahnya yang begitu sendu dan kacau. Aqilla memeluknya.
"Aqilla kau kenapa?" Tanya Sarah.
"Kau yang kenapa?" Balas Aqilla.
Aqilla mengurangi pelukannya, "aku tahu kau berbohong! Kau habis menangis kan," ucap Aqilla.
Sarah tak bisa menyembunyikan raut sedihnya. Air matanya kembali keluar. Aqilla membawanya duduk di sofa yang tak jauh dari mereka berdiri. Aqilla masuk ke dalam rumah untuk mencari air minum di dalam sana.
Aqilla kembali dengan memegang segelas air di salah satu tangannya dan memberikannya kepada Sarah. "Minumlah! Tenangkan dirimu," perintah Aqilla. Sarah menurutinya.
"Apa kau mengingat Felisa?" Tanya Aqilla sepelan mungkin. Sarah mengangguk tanpa menatap Aqilla.
"Sudahlah ikhlaskan apa yang terjadi, yang berlalu biarkan berlalu, Felisa sudah tenang di sana. Kau juga harus terus menjalani hidupmu, jangan menyesali apa yang telah terjadi," kata Aqilla.
Sarah berdiri melangkahkan kakinya beberapa langkah dengan menatap kolam yang berada di depannya. "Sebelum orang tuaku meninggal mereka pernah berpesan padaku, bahwa aku harus bisa menjaga Felisa. Dan aku sebagai kakaknya malah membuatnya..,"
"Stop Sarah!" Aqilla memotong ucapan Sarah. Bukan bentakan hanya perintah. Aqilla tidak mau wanita yang kini menjadi sahabatnya itu terlalu menyalahkan dirinya sendiri.
Aqilla bangun dan menghampiri Sarah. Diputari setengah tubuh Sarah untuk menghadapnya. Aqilla memegang pundak Sarah dan menatapnya.
"Sadar Sarah! Felisa tidak suka kau seperti ini, ia akan sedih disana melihatmu seperti ini. Apa kau tak mengingat Felisa mengatakan kau adalah kakak terbaik yang ia punya. Felisa sangat menyayangimu," ucap Aqilla.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Lãng mạn#Beberapa bab private acak# Bertemu denganmu mungkin takdirku walaupun lewat jalur seseorang. Aku memilihmu bukan karena ketertarikan fisik yang kau miliki. Aku memilihmu karena aku merasa kau pantas untukku dan membahagiakamu adalah tujuanku. -Far...