Aqilla sedang berdiri di balkon kamarnya. Angin malam menyejukkan hatinya yang terasa perih. Wajah cantiknya menatap langit di atas sana. Tak ada bintang begitu juga bulan. Sepertinya malam ini akan turun hujan.
Malam ini seperti menggambarkan hatinya yang kalut dalam kesedihan. Dalam benaknya ia memikirkan tentang suaminya, sikapnya, tingkahnya yang aneh belakangan ini. Yang lebih menusuk hatinya suaminya menyebut nama wanita lain di dalam tidurnya.
Aqilla memejamkan mata dan menghembuskan napasnya perlahan untuk meredahkan emosinya. Ia tidak mau terlihat lemah dan juga cengeng. Dalam tekatnya ia harus menanyakan semua kejanggalan yang mengusik pikirannya selama ini.
Terdengar seseorang membuka pintu, itu adalah Farqah yang memasuki kamar mereka. Farqah tampak bingung dengan menjelejah matanya ke sembarang arah, ia tak menemukan keberadaan istrinya. Matanya terpaku melihat jendela yang menyerupai pintu terbuka nampaknya wanitanya berada di sana, dengan cepat ia menghampirinya.
"Sayang apa yang kamu lakukan di luar?" Tanya Farqah yang menemukan istrinya, Aqilla tak menggubris pertanyaan Farqah.
Farqah lebih mendekat dan memeluk Aqilla dari belakan dengan mendaratkan kepalanya di atas pundak istrinya. Aqilla masih tampak diam dalam kebisuaannya.
"Kenapa kamu disini? Angin malam tak bagus untuk kesehatanmu!" Kata Farqah.
"Apa yang sedang kamu pikirkan hah?" Tanya Farqah kembali.
Aqilla tersenyum kecil, matanya masih menatap langit tanpa bintang di sana. "Bagaimana jika seseorang menutupi sesuatu dari pasangannya? Dan bagaimana jika salah satunya tak saling terbuka?" Kata Aqilla.
Farqah mengernyit, "maksudmu?"
"Sudahlah!! Aku hanya berhalusinasi," ucap Aqilla dengan melepaskan tangan Farqah yang memeluknya. Tanpa berkata lagi Aqilla langsung masuk ke dalam kamar. Farqah menyadari bahwa istrinya sedang marah. Farqah pun ikut mengekori istrinya untuk ikut masuk ke dalam kamar mereka.
"Aqilla!" Farqah mencoba memanggil namun Aqilla tak menghiraukannya.
"Sayang kau kenapa?" Tanya Farqah dengan menarik tangan istrinya.
Aqilla menghentikan langkahnya seraya membalikkan tubuhnya, "seharusnya aku yang bertanya!" Kata Aqilla ketus.
"Kau marah padaku!"
Sejak kemaren Aqilla menahannya, tapi kini rasanya emosinya ingin meledak. Aqilla menghempaskan cekalan Farqah dan kembali melangkah. Lagi-lagi Farqah menahannya.
"Lepaskan tangan ku!"
Farqah menggeleng, "Tidak!!"
Aqilla terus meronta agar Farqah melepaskan tangannya, "Lepaskan!! Kau menyakitiku!!"
Farqah melepaskannya, Aqilla meringis kesakitan, "maafkan aku sayang," ucap Farqah merasa bersalah melihat bekas merah pada pergelangan tangan istrinya. Farqah mencoba mengusap-usap pergelangan tangan istrinya namun Aqilla menepisnya.
Farqah memegang pundak Aqilla untuk duduk di tepi ranjang begitu pun dengan dirinya yang duduk di sebelahnya. Farqah menghadapkan tubuhnya ke arah istrinya.
"Kau marah padaku karena kemaren malam aku pulang terlambat," ucap Farqah. "Baiklah aku minta maaf akan hal itu!"
Aqilla tersenyum sinis lalu membuang pandangannya kembali. "Aku tidak masalah kau pulang terlambat asalkan alasannya jelas!"
"Karena aku ada urusan!"
"Urusan apa?" Tanya Aqilla yang menatap suaminya. "Urusan bersama rekan bisnismu yang baru hah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Romansa#Beberapa bab private acak# Bertemu denganmu mungkin takdirku walaupun lewat jalur seseorang. Aku memilihmu bukan karena ketertarikan fisik yang kau miliki. Aku memilihmu karena aku merasa kau pantas untukku dan membahagiakamu adalah tujuanku. -Far...