Disini aku hidup, bukan tanah surgawi.. kalau dijelaskan secara detail juga bukan dineraka. Ada orang orang yang aku sayangi. Ada ribuan dedaunan yang membawa lebih oksigen. Ada milyaran debu yang melayang layang menyambut ku disetiap terik sang mentari.
Aku dibukit ini bukan tarzan. Kalau dibilang manusia biasa itu sudah pasti. Bukan berarti bukit tempat tinggalku ini hutan antah berantah. Disini sumber dari segala sumber. Yang diberi Allah sebagai tempat bernafasku. Tempat tinggalku. Tempat dimana aku biasa menangis melenguh mengeluh dan berharap.
Rasanya pengen nangis nangis dan nangis.
Biarin dibilang cengeng.
Biarin dibilang lemah.
Aku tak peduli.Aku kecewa atas egoisku
Aku menyesal atas sifat kekanakanku
Dari pada seorang aku mungkin lebih keren Tarzan kali ya..
Berawal dari "Oke aku buktiin aja kali ya biar mereka gak bawel lagi"Mereka adalah kedua orang tuaku
Dan itu terjadi. Saat aku hanya ingin bermain main oleh rasa egois dan sifat kekanak kanakan ini.Sejak dulu kami berbeda pemahaman. Berbeda pendapat. Dan sifat yang sama sama egois. Yah! Gak sebahagia berita yang tersebar akhir akhir ini. Rumit. Semua orang seolah menyudutkanku.
Katanya aku mau menikah
Katanya aku mau menikah
Katanya aku mau menikah!!!Aku mau
Mau banget!
TAPI !!
kali ini beda cerita.
karena pemahaman kedua orangtua ku semua nya jadi berfikiran seperti itu.Tanya ke aku!!
Jangan membuat persepsi sendiri.
Rumitnya kalau aku bilang Nggak.
Sama aja bunuh diri. Siapa juga yg gak mau nikah. Aku mau kok. Tapi kalau aku bilang Amiin aku khawatir berita ini makin menjadi.Aku cuma gak ingin orang tuaku berpemahaman terlalu serius. Aku nggak mau membuat orang lain menyudutkanku seperti ini.
Demi Dzat yang mampu membolak balikan perasaan ini. Aku sama sekali gak tahu. Harus seneng apa sedih.
AKU BELUM SIAP!!
aku sama sekali nggak kepikiran soal menikah.
Tolong jangan sudutkan aku. Aku seolah tertekan. Aku sendiri masih bergelut dengan pemahaman yang berbeda ini. Aku takut. Aku takut malah ngecewain kedua orang tuaku yang aku sayangi ini. Aku takut. Aku takut aku ngecewain semua orang dibukit ini. Aku takut. Aku ketakutan tersudut seperti ini. Aku sama sekali tidak senang. Hatiku sesak. Seolah olah ungkapan mereka, persepsi mereka semuanya tajam menusukku seperti sebilah mata pisau.
Sakiitt!!!
Aku merasa tersudut oleh perasaan yang belum siap. Pemahaman yang sebenarnya bukan dilamar. Dan pemahaman yang seolah olah esok aku akan menikah.
Lihat betapa gundahnya aku.
Jangankan ngomongin nikah dilamar aja aku masih belum yakin . Aku bingung.
Hijrahku masih kelak kelok.
Seolah mengiyakan apa yg masih mengganjal dalam hati.
Aku harus gimana ini
Ya Allah..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Allah
Randomini adalah kisah dari seorang gadis pemalu yang malu berteriak di khalayak umum. jadi ia hanya bisa menorehkannya dalam sebuah diary kecil yang ia harapkan bisa melegakan sedikit sesak dihati kecilnya.