Sekarang Ingat, Gak Tahu Kalau Besok

463 11 0
                                    

Kita melewati hujan dengan penuh senyuman
Melihat gerimis dengan sedikit candaan
Hingga hujan itu hilang menjadi pelangi.
Sekarang mungkin tak bisa lagi diulangi.

Kamu pernah berjuang walau akhirnya hilang. Entah bagaimana cara menyebutnya. Sekarang tinggal bayang bayang.
Hanya saja kita pernah berjalan beriringan. Melewati pasir dengan deburan ombak atau melewati rumput di tepi taman.

Coba ingat ingat bagaimana caraku menyamai langkahmu di tepi pantai itu. Menyapu samudra australia dikelilingi banyak orang. Coba ingat panas matahari waktu itu diantara ombak di sepanjang mata memandang.

Jika kau tak butuh ucapan terimakasihku, setidaknya haramkan aku mengatakan benci padamu. Sebab Allah tak mungkin pernah mempertemukan kita kalau tak ada maknanya. Bagimu mungkin aku tidaklah penting. Walau kenyataanya kau pernah meluangkan banyak waktu untukku. Terserah.

Kita pernah bercerita tentang apa itu cinta. Tidak. Aku tak akan diam. Aku akan tetap bercerita. Bagiku aku bisa mengajarimu luka tapi tidak bisa mengajarimu cara melupakan seperti pernah mengajakmu menanam setangkai mawar tanpa pernah memberitahu caranya mencabutnya.

Sakit memang, tapi jika tak begitu mana mungkin aku tahu seperti apa rasanya mengenang.

Sekarang aku tidak tahu caranya melupakan. Nggak tahu kalau aku sudah menua. Haha, daya ingatku biarlah luntur sendiri. Kenapa harus susah susah mengingatmu. Kalau ingat ya biar ingat. Kalau lupa ya biar lupa.

Bukankah dulu kau pernah bilang bagaimana nanti jika kau pergi?
Nyatanya kita sama sama telah pergi. Lalu? Aku puas pernah merajut petualangan dengamu. Sekarang apa lagi. Nanti kau akan lupa dengan sendirinya. Atau mungkin sekarang sudah lupa. Yang kutahu islam itu agama perdamaian haha apa hubungannya, kau kan jenius. Pasti mengerti.

Kalau kau tak mengerti juga. Berarti panggilanku padamu waktu itu memang benar. Ck! Si Bodoh.

Dear AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang