Dear Allah

497 14 0
                                    

Hari berganti dan aku semakin tua. Kurasa kedewasaanku tidak ada bedanya dengan hari kemarin. Waktu bergulir dan aku tak pernah melakukan apapun.

Kau tahu? Soal cinta adalah ujian selingan yang masih bisa kuatasi. Meski terkadang aku merasa bersalah atas kesalahanku di masa lalu.

Aku menitikan air mata di sudut bilik kebanggaanku. Kutanya pada diriku sendiri....

Kapan terakhir kali aku tersenyum pada kedua orangtuaku?

Kapan terakhir kali aku tertawa dengan orangtuaku?

Kapan terakhir kali aku memeluk ayah dan mencium pipi ibu sambil berkata "aku berangkat"

Kapan terakir kalinya aku membuat kopi ternikmat untuk ayah?

Kapan terakhir kali aku bercengkerama di ruang keluarga bersama mereka??

Ya Allah..

Tawa itu.. canda itu.. bahkan senyuman itu aku tak pernah lagi melakukannya dirumahku sendiri.

Istanahku menjadi gubuk reot yang dimakan rayap. Suara gemuruh penghuninya seakan sudah mati entah sejak kapan, aku tak tahu.

Bangkainya tak pernah kucium tapi sesaknya seolah menghimpit jiwaku. Kau tahu?? Orang lain takkan pernah mengerti.

Aku terus mencari arti kebahagiaan didalam istana ini tapi yang kutemukan hanyalah bilik kecilku tempatku terlelap yang bersimbah air mata.

Allah...

Aku bisa tertawa dengan teman-temanku di luar sana.. tapi kemana kau ambil tawaku yang lain.

Allah...

Munafikkah semua tawaku??

Dear AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang