Aku adalah orang yang tidak punya pendirian. Aku diam, aku berfikir. Protes dan demonstrasi terhadap diriku sendiri juga tak pernah kulewatkan. Tapi diamku tidak menghasilkan apa-apa. Apapun yang kufikirkan hanya lewat terbesit dikepalaku tanpa ada perubahan apapun. Begitu pula amarahku yang kadang-kadang entah kulampiaskan pada siapa.
Aku pernah melihat seorang perempuan di kafe seberang, ia terlihat percaya diri dengan pakaian ketatnya. Meskipun melihatnya dari kejauhan rasanya aku malu. Aku melihat diriku sendiri di cermin. Seperti apakah diriku?
Kalau orang lain yang kebetulan melihatku saat itu, pastilah tidak ada bedanya aku dengan orang orang berbaju ketat tersebut. Walaupun saat itu pakaianku cukup sopan.
Akhir jaman ini, terlalu banyak yang menyepelekan jilbab. Hingga aku pernah mendengar perkataan tak senonoh dari mulut orang-orang tentang wanita berjilbab. Kelihatannya berjilbab atau tidak nyaris tidak ada bedanya. Banyak yang beranggapan jilbab hanyalah sampul belaka. Entah kenapa hatiku sakit.
Namun...
Aku beruntung... ketika suatu hari Allah pertemukan aku dengan sahabat-sahabatku. Dengan karakteristik yang berbeda beda dan dengan gaya tersenyum mereka yang berbeda satu sama lain. Membuatku yakin, bahwa setiap orang diciptakan tidak sama. Ada yang berbeda dari semua orang di dunia ini. Baik yang tidak berjilbab maupun yang sama-sama menutup auratnya.
Jika saja akhlak baik sahabat-sahabatku di satukan, pastilah akan terbangun sosok insan akhir jaman yang sempurna. Mereka yang kuat, yang tegar, yang teladan, yang taat, yang bijak, yang murah hati, yang berbakti, yang simple, supel dan menyenangkan.
Aku bersyukur sekali dipertemukan dengan mereka. Dari mereka aku belajar. Aku mulai bangkit dan lama kelamaan berusaha membangun jati diri.
Aku mulai memiliki prinsip. Aku mulai memiliki mimpi yang realistis. Paling tidak aku bisa tersenyum di depan mereka semua. Dan mimpi itu paling tidak bisa bahagia tanpa khawatir akan sia-sia.
Sahabatku. Mereka memang wanita akhir jaman. Sama seperti wanita pada umumnya. Tapi mereka hebat. Wanita-wanita kuat yang tak terkalahkan. Kenapa aku memiliki prinsip seperti sekarang ini? Karena aku ingin bersama mereka di surga.
Jilbab... aku pernah merasa takut. Tapi itu prinsipku. Sebab aku tak pernah berjuang sendiri. Aku punya senyum. Aku bisa tersenyum dan senyum kita tak sama, tapi mimpi kitalah yang sama. Terimakasih sahabat.
12 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Allah
Randomini adalah kisah dari seorang gadis pemalu yang malu berteriak di khalayak umum. jadi ia hanya bisa menorehkannya dalam sebuah diary kecil yang ia harapkan bisa melegakan sedikit sesak dihati kecilnya.