Aku adalah orang yang pernah menangis. Tidak penting, kau pasti juga pernah menangis kan?
Aku bahkan sempat berfikir apakah aku ini manusia atau bukan.
Allah.. apa aku ini tumbuh-tumbuhan??
Ah.. kenapa aku berfikir seperti itu.
Apa aku sesengsara ini? Kurasa tidak.Hahaha...
Tawaku kadang palsu. Senda gurauku bahkan sengaja ku buat buat. Aku ini orang yang selalu mencari-cari kebahagiaanku sendiri.Aku trauma beralaskan sabar didampingi pilu, aku muak!.
Akan tetapi aku tetap menjalaninya. Bukan aku yang meminta, tapi sudah Allah gariskan agar aku tetap berada pada titik yang benar. Sakit memang, tapi aku sanggup.
Wajar kan aku mengeluh.. menitikan air mata dan mengais secuil harapan agar aku bisa bahagia. Wajar kan aku menangis. Tapi kenapa rasa sesak itu sering kali datangnya tiba-tiba.
Sakit banget batinku. Terkadang aku tidak tahu kenapa..
Seperti hujan yang turun temurun sejak ribuan tahun yang lalu, melewati musim kemarau hingga kembali di penghujan. Namun kau tahu, nyatanya banjir jua. Nyatanya seperti curahan alam yang tak sanggup lagi menampung segalanya. Lalu diluapkannya semua air hujan menjadi banjir. Dimuntahkannya juga sisa sisa sampah yang pernah tertimbun lumpur di dasar bumi. Kau tahu bagaimana rasanya?? Aku tahu. Aku mengerti.
Itu yang selalu aku alami. Bukan aneh. Memang itulah yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, agar ia tak lupa diri karena gelimangan kata bahagia, agar ia sesekali memikirkan tentang pilunya dunia..
Apa kau merasakannya?
Aku merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Allah
Randomini adalah kisah dari seorang gadis pemalu yang malu berteriak di khalayak umum. jadi ia hanya bisa menorehkannya dalam sebuah diary kecil yang ia harapkan bisa melegakan sedikit sesak dihati kecilnya.