PART LENGKAP/PROSES REVISI
Felicia Adzkya Hendriawan si cewek pemberani dan jago karate. Dia tidak takut siapapun termasuk Devano Ranggata Andalas si senior tengil dan sok senioritas. Dipertemukan di berbagai kesempatan membuat mereka selalu adu mul...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mengapa pertemuan kita selalu berujung masalah. Apa yang salah sebenarnya?
Felicia dan Devano duduk berdampingan menghadap Dona, penasehat akademik mereka. Seolah buku takdir terus saja mengolok-olok hidup keduanya dengan mempertemukan kembali melalui penasehat akademik yang sama. Pada akhirnya mereka mendapatkan semprotan ludah bersama-sama pula.
"Kalian membuat kesalahan apa, kenapa tiba-tiba Pak Emin menelepon saya untuk bertemu dengan kalian?" tanya Dona menatap tajam ke arah Felicia dan Devano secara bergantian.
Keduanya tak menyahut. Baik Felicia maupun Devano, mereka sama-sama tertunduk untuk menghindari tatapan Dona yang sangat terkenal pelit memberikan nilai kepada mahasiswa.
"Kalian datang kesini hanya untuk tertunduk, tugas saya bukan hanya mengurus kalian loh," suara Dona bergetar marah.
"Bu, Dia yang salah," tuding Felicia cepat dan menunjuk ke arah Devano.
Devano lantas mengangkat muka dan memelotot ke arah Felicia, "maksud lo apa nyalahin gue, padahal jelas-jelas kita berdua yang salah."
"Lo yang salah, kalau lo nggak bikin gue jatuh. Semua ini nggak akan terjadi tau nggak," balas Felicia merasa tidak mau disalahkan karena jelas-jelas kejadian itu berawal dari ulah Devano.
"Dasar lo yah, junior belagu," ketus Devano lantas membuang muka.
"Udah puas!" bentak Dona menggebrak meja dengan keras. Untunglah ruangan yang ditempati mereka ruangan pribadi Dona sehingga tidak mengganggu dosen yang lain.
Felicia dan Devano lagi-lagi tertunduk. Mereka salah besar lagi karena tidak menyadari situasi dan tempat pada saat bertengkar.
"Kalian itu bukan bocah SMA lagi yang jamannya bertengkar. Kalau kalian terus-terusan begini, jurusan kita bakalan dipermalukan tau nggak," Dona memijit keningnya. Kepalanya tiba-tiba sakit mendengar pertengkaran sengit kedua mahasiswanya.
"Pokoknya Ibu nggak mau tau alasan kalian bertengkar..." Dona menatap Felicia dan Devano tajam seolah ingin menusuk-nusuk tubuh keduanya agar tercipta perdamaian dunia bila mereka menghilang.
"Sebagai hukumannya, Ibu menugaskan kepada kalian berdua untuk membuat laporan mengenai karakteristik peserta didik, referensinya harus berasal dari berbagai sumber buku yang ada di perpustakaan kampus dan dilarang mengambil dari internet," imbuh Dona menegaskan secara panjang lebar, namun tidak sepanjang tembok raksasa Cina.
"Kok gitu sih bu?" protes Devano tidak terima.
Felicia terdiam dan menghela nafas panjang.
"Kalau kalian nggak mau, siap-siap aja nilai kalian bakalan error kalau ketemu di mata kuliah Ibu," ancam Dona merasa kesal.