Bagian 41

2.6K 130 45
                                    

Keberuntungan terbesarku adalah dapat lahir dari rahimmu, Mama. Cinta dan perjuangan dalam membesarkannku tidak dapat tergantikan oleh materi apa pun.
—Felicia Adzkya

▪¤▪

"Ma, ini apa sih, pipiku jadi merah gini kayak kena saus sambal?" kesal Felicia hendak menghapus blush on yang melekat di pipinya.

"Bisa diem nggak sih Fel,"  kata Anetta sedikit kesal dan nyaris memukul manja bahu Felicia.

"Ma, aku nggak mau pake gini-ginian, entar mukaku kayak badut," protes Felicia meronta di depan cermin hias kamarnya.

"Fel," Anetta mendelik tajam ke arah Felicia.

Nyali Felicia langsung menciut sekecil semut. Ia mengalah dengan wajah cemberut.

"Nah gitu dong," kata Anetta kemudian lanjut mendandani wajah Felicia.

Felicia mengerucutkan bibirnya. Rasa kesal yang ditahannya lama-lama bisa turun ke perut dan berubah menjadi kentut.

"Mata kamu ditutup dulu Fel biar surprice gitu," imbuh Anetta memainkan alisnya.

Felicia menghela nafas panjang lalu menutup mata. Permintaan Anetta hari ini sangat kejam. Siang tadi ia dipaksa ke salon untuk perawatan dan sore ini ia didandani seperti anak gadis yang akan menikah. Anetta benar-benar terhakiki mendalami perannya sebagai seorang ibu.

"Ma, emang kita mau kemana sih?" tanya Felicia masih dengan mata yang terkatup rapat.

"Udah, nggak usah banyak nanya," balas Anetta.

"Ma, aku goyang dumang nih kalau nggak dikasih tau," ancam Felicia.

"Iya-iya. Rencananya Mama dan Papa mau ngajakin kamu ke perayaan ulang tahun perusahaan suami teman Mama," jawab Anetta.

"Siapa Ma?"

"Pak Andalas dan jeng Mona, kamu mana tau," ujar Anetta lirih.

"Oh, iya emang gak tau," Felicia terkekeh.

"Udah jangan ketawa berlebihan, kulit wajah kamu entar keriput," kata Anetta.

Felicia mencebikkan bibir mendengar berbagai larangan-larangan Anetta hari ini yang membuatnya jengah.

Beberapa menit kemudian Anetta mendandani Felicia.

"Fel, udah," Sahut Anetta menepuk bahu Felicia.

Felicia membuka mata perlahan dan memandang Anetta kemudian beralih memandangi pantulannya di depan cermin. Mulutnya menganga disertai mata yang mengerjap beberapa kali. Ia nyaris tidak percaya bahwa pantulan itu adalah dirinya meskipun make up yang digunakan Anetta tidak menor alias make up tipis-tipis.

"Ma, ini aku?" tanya Felicia menunjuk dirinya di depan cermin. Masih dengan wajah terperangah.

"Bukan, anak tetangga," balas Anetta menahan tawanya.

"Mama ih,"

"Gimana make up mama, kamu jadi cantik kan. Seperti bidadari yang turun dari kahyangan menuju empang," Anetta tergelak.

"Kok empang sih ma," protes Felicia manyun.

"Bibirnya jangan digituin Fel, entar lipstick kamu belepotan. Kan mama jadi repot," Larang Anetta berdecak beberapa kali.

"Ini Mama asli atau bukan sih, hari aturannya banyak banget," Felicia menghela nafas panjang.

Anetta terkekeh. "Kamu harus cantik dan penampilanmu harus perfect biar disana mama nemu menantu,"

TERNYATA CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang