Bagian 24

3.2K 183 28
                                    

Kamu bukan lagi sebuah masalah melainkan penawar dari segala masalah.
—Felicia Adzkya

▪▪▪

Felicia memarkirkan mobilnya dengan gerakan cepat. Sebentar-bentar banting setir kemudian nge-rem mendadak. Seandainya Ia tidak menggunakan seatbelt maka jidatnya pasti rata dan selebar lapangan sepak bola akibat berciuman dengan kemudi mobil.

Semua masalahnya hari ini disebabkan karena Ia terlambat bangun dan sialnya lagi karena masuk kuliah pagi. Otomatis ia terlambat. Benar-benar terhakiki cobaannya pagi ini, bahkan alarm dan Anetta sama sekali tidak mampu untuk menggebrak alam bawah sadarnya.

"Siapa sih?" Felicia berdecak kesal saat melirik iphone-nya yang berdering di atas dashboard mobil.

Ia segera menyelesaikan proses pemarkirannya sebelum terkena semprotan ludah di pagi hari oleh petugas parkiran karena menghalangi jalan.

"Halo," Felicia menempelkan iphone-nya di telinga.

"Ayaaaang pel!"

Refleks Felicia menjauhkan iphone-nya dari telinga. Suara Syena yang cetar badai itu bisa saja meretakkan gendang telinganya.

"Kampret lo, suara lo dikontrol kali!" Bentak Felicia kembali meletakkan iphone-nya di telinga.

"Ada kabar hot, gaswat, mengejutkan—"

"Serah lo. Dosen udah ada di kelas belum?" tanya Felicia setengah panik.

"Belum."

"Syukurlah." Ucap Felicia lega.

"Fel, ini bener-bener gawat, pokoknya siapin mental lo," ujar Syena dengan intonasi naik turun.

"Apaan sih, lo dimana?" Tanya Felicia mulai penasaran.

"Pokoknya lo segera ke sini!" Titah Syena tegas.

"Di sini dimana pea. Lo pikir ini kampus luasnya sama kaya daun kelor, lo kalau mau ke WC jurusan aja masih sering tersesat." geram Felicia menahan gertakan giginya.

Syena terkekeh pelan. "Di mading jurusan Psikologi babe Pel," tutur Syena penuh penekanan pada kalimat akhirnya.

Felicia segera menutup sambungan teleponnya dan merampas tasnya yang terletak sembarangan di seberang kursinya kemudian minggat dari dalam mobil.

●●●

Felicia merasakan aura aneh saat mendekati mading jurusan psikologi yang setiap harinya di penuhi oleh mahasiswa untuk membaca berita ter-update. Ia merasa semua pasang mata memonitori langkahnya.

"Fel, ganti gendre lo?" sapa seorang mahasiswi seangkatannya.

"Bukan ganti genre, tapi ganti haluan,  sukanya sama yang anti mainstream," timpal yang lain disambut tawa terbahak-bahak.

"Gue kira lo lagi pede katean sama kak Devano, ternyata eh ternyata pede kateannya sama senior anti mainstream, tapi gue bersyukur sih kalau lo udah ngelepasin Kak Devano,"

"Tipe lo ternyata yang rendahan gitu yah Fel, yang senior malas dan kucel,"

"Mukanya doang yang polos tapi ternyata suka buat mesum sembunyi-sembunyi,"

"Enah tuh dicipok gratis sama senior kucel,"

"Cih, sok suci!"

"Jangan-jangan Felicia, gigolo lagi,"

Tensi Felicia mulai naik mendengar celotehan di samping kiri dan kanannya. Asap di hidung dan tenggorokannya mulai mengepul. Tinggal tanduknya yang belum menembus pori-pori yang bisa digunakan untuk menyundul lawan kalau jadi keluar.

TERNYATA CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang