Bagian 5

6.1K 254 34
                                    

Ketika hatiku mulai merespon untuk rasa yang tak terduga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika hatiku mulai merespon untuk rasa yang tak terduga.

Hat hat hat!

Kya hosh hosh!

Haaat!

Suara nyaring yang dikompori oleh Felicia dan beberapa orang lainnya yang sedang duel karate di lapangan.

"Felicia!" panggil seorang laki-laki mendekat ke arah Felicia. Dia bernama Roy, anggota baru di club karate yang masih menggunakan shirobi, sabuk putih.

Felicia mengabaikan panggilan Roy. Dia sedang duel dengan Hendra, pelatihnya dan tetap fokus untuk melancarkan serangan.

Hendra yang merupakan kembaran Papa Felicia sekaligus pemilik club karate di tempat itu semakin cepat menghujani Felicia dengan pukulan untuk melatih ketangkasan dan kefokusannya.

"Felicia," panggil Roy sekali lagi.

"Apa sih lo!" bentak Felicia berbalik ke arah Roy sekilas.

Bruk!

"Aduh!" jerit Felicia setelah mendapat pukulan maut dari Hendra di pelipisnya. Dia tidak menyadari jika Hendra mengambil kesempatan saat Dia menoleh ke arah Roy.

"Makanya fokus," Hendra terkekeh.

"Sakit banget lagi, Om," Felicia mengusap pelipisnya yang bonyok seperti di injak kontainer berkali-kali. Sungguh mengenaskan.

"Ini semua gara-gara lo!" bentak Felicia saat Roy berada di depannya.

"Kok gue sih," kilah Roy sewot.

"Lo ngapain manggil-manggil gue, kayak gue punya utang aja sama lo," Felicia memelotot.

"Idih, gue cuma mau bilang ke lo kalau hape lo bunyi berkali-kali," Roy menyerahkan ponsel Felicia dengan ogahan.

Felicia menerima ponselnya dengan kasar.

"Buset dah, lo kaga tau terimah kasih banget," Roy menggelengkan kepala.

"Makasih," ucap Felicia dengan nada terpaksa kemudian berjalan agak menjauh dari tempatnya berdiri.

"Senior ganteng, idaman dan pintar," bisik Felicia tertegun melihat nama kontak dalam riwayat panggilan tak terjawab dari ponselnya.

"Tuh bocah emang nggak waras, ngapain nama kontaknya di panjangin kayak buntut ular gini," gumam Felicia mulai mual.

Lagi-lagi ponsel Felicia berbunyi dan menampilkan nama pemanggil Senior ganteng, idaman dan pintar.

"Halo," sahut Felicia saat menerima telepon dari nama kontak yang panjang tadi.

"Halo, lo ngapain baru angkat telpon gue?"

TERNYATA CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang