Bagian 16

4.3K 206 30
                                    

Cinta itu untuk dikatakan. Jika gengsi menjadi prinsip dalam tidak menyatakan cinta, maka bersiaplah untuk kehilangan satu sama lain.

—FelDev

▪▪▪

Felicia melangkahkan kakinya dengan santai memasuki ruangan yang akan ditempatinya kuliah psikologi eksperimen.

Ia segera mengambil kursi pada bagian terdepan berhubung para senior belum menampakkan batang hidungnya sehingga kursi masih kosong tidak berpenghuni.

"Pagi amat, Dek?" sapa Deni, ketua tingkat kelas itu yang duduk di sebelah kursi pilihan Felicia.

"Hari ini kan ada team teaching kak," Felicia memamerkan giginya.

"Oh iya," Deni memukul jidatnya pelan. "Semangat yah," imbuh Deni kemudian kembali fokus mengutak-atik HP-nya.

Felicia mengambil buku di tasnya. Ia berniat membaca untuk mengusir kebosanan sambil menunggu Remor dan para seniornya datang.

Mendengar iphone-nya berbunyi refleks Felicia meraih benda tersebut yang bersembunyi cantik di dalam tas.

"Halo, kenapa Na?" Sahut Felicia saat menempelkan iphone-nya di telinga.

"Ayaaang Peel!"

Serta merta Felicia menjauhkan iphone-nya dari telinga saat mendengar pekikan Syena yang berfrekuensi tinggi sehingga bisa menggetarkan bumi pertiwi.

"Lo bisa nggak sih, jangan teriak!" Dumel Felicia berdecak kesal.

"Pel, ini tuh gaswat, hot news, aneh, langka, terupdate—"

"Udah deh stop, gue karungin lo entar kalau bertele-tele gitu. Yang gue mau denger itu intinya." potong Felicia penuh penekanan.

"Kak Devano Fel—" Ucap Syena menggantung kalimatnya kemudian mengatur nafasnya yang terpotong-potong.

"Devano kenapa, Na?" tanya Felicia panik, keringat dinginnya tiba-tiba saja meluncur. Pikirannya mulai menerka yang tidak-tidak tentang Devano. Ada tiga situasi di dalam pikirannya, Devano kecelakaan, taken sama seseorang dan dibugilin waria.

"Fel, Kak Devano—"

"Kampret nih anak, ngasih info setengah setengah," gerutu Felicia berdecak kesal saat Syena mematikan teleponnya secara sepihak.

"Devano kenapa yah?" gumam Felicia menggigit kuku karena khawatir.

"Gue telepon balik aja kali yah," bisik Felicia lagi.

" Maaf pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan—"

"Sial!" Maki Felicia mematikan iphonen-nya dengan kasar lantas iphone-nya kebelet minta nutrisi.

"Kenapa Dek?" tanya Deni yang sempat mendengar makian Felicia.

"Nggak kok kak," Felicia tertawa garing.

"Umm, kak?" Felicia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kenapa dek?" Deni menautkan alis.

"Ituloh kak, umm kakak ada pulsa nggak?" Tanya Felicia meringis karena merasa tidak enak dengan permintaanya.

"Ada, kebetulan aku baru aja tm buat nelpon dosen," Tutur Deni.

"Boleh pinjam nggak kak?" tanya Felicia ragu.

"Iya boleh, nih." Deni mengulurkan HP komuniketernya yang artinya komunikasi dan senter.

"Emang hari gini HP ginian masih laku yah kak?" Felicia tertegun melihat HP jadul Deni yang sudah lecet di bagian layar dan casing. "Nggak niat ganti kak?" Felicia menautkan alis.

TERNYATA CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang