Hubungan kita itu penuh kejutan, siap atau tidak siap kita harus menerimanya.
—FelDev▪▪▪
Otak Felicia yang melanglang buana sejak di dalam perjalanan tadi tidak menyadari bahwa Nata telah memarkirkan motornya di parkiran sebuah cafe mewah.
Nata turun dari motor sambil membuka helmnya. "Fel, udah sampai," Sentak Nata menyimpan helmnya di spion.
Felicia menatap Nata dengan tatapan kosong. Ia masih mematung di tempat.
"Fel, udah sampai, ayo turun."
Felicia mengedipkan matanya beberapa kali kemudian turun dari motor tanpa gairah.
"Cepetan anterin gue," pinta Felicia.
"Fel, helmnya di simpan dulu," ujar Nata menahan tawanya. Pengen ngakak tetapi kasian dengan ekspresi Felicia yang seperti baru saja terkena vonis penjara seumur hidup dan denda milyaran rupiah.
Dengan wajah semerah tomat masak, Felicia membuka helm dari kepalanya kemudian menyimpannya di jok motor.
"Yuk," Ajak Nata mulai melangkah memasuki wilayah cafe.
Dengan tubuh lunglai Felicia mengekori langkah Nata. Berkali-kali ia menghela nafas panjang. Semoga pemandangan yang akan dilihatnya nanti membuatnya tegar. Ia tidak ingin bertanya banyak hal kepada Nata mengenai kebenaran yang akan ditunjukkanya. Ia malas berbicara kepada siapapun lagi.
"Fel, semoga lo kuat," ungkap Nata saat berdiri di depan pintu cafe yang bercermin gelap.
Felicia memandang Nata sejenak kemudian membuang pandangan. Air matanya hampir saja tumpah. Mata Felicia memerhatikan tangan Nata bergerak perlahan mendorong pintu cafe.
"Fel, ayo masuk," sahut Nata membiarkan tangannya menahan pintu dan menyuruh Felicia masuk duluan.
Tanpa ba bi bu Felicia segera masuk mendahului Nata.
"Kok cafenya gelap gini sih?" tanya Felicia berbalik badan mencengkram tangan Nata.
"Tenang aja," sahut Nata cengiran lebar di dalam gelap. Ia menikmati kesempatan emas itu yang munculnya sekali dalam seabad. Pegangan doi sekaligus pacar orang rasanya emang beda. Bikin jantung berdebar kencang, doyan berlebihan dan pengen peluk sampai doinya tenang.
"Tenang apanya pea, gue takut gelap!" Felicia mulai gemetar. Keringat dinginnya meluncur deras.
Tiba-tiba lampu menyala. Suasana cafe pun terang benderang.
"Surprise!"
Felicia terbelalak sambil menutup mulutnya karena syok atas kejutan pesta ulang tahun itu. Dihadapannya berdiri seluruh teman sekelasnya dan seniornya dari kelas Devano. Bersamaan dengan itu confetti pun berjatuhan di atas kepala dan berserakan di lantai cafe.
Felicia tidak sempat menghindar saat snow spray telah disemprotkan kearahnya. Ia hanyah pasrah saat kulitnya dipenuhi warna putih.
"Permisi gue mau lewat!" Teriak Syena dengan suara cemprengnya.
Kerumunan pun terbuka dan Syena muncul sambil membawa kue ulang tahun berbentuk ring yang diatasnya dihiasi dengan cewek dan cowok yang sedang adu karate.
"Selamat lo terkena jebakan batman," teriak Syena heboh dan terkekeh pelan tanpa merasa bersalah sedikitpun dengan Felicia yang masih berusaha menstabilkan perasaannya.
"Hah?" Felicia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Jadi yang tadi itu cuma akting dari Nata doang?" tanya Felicia mupeng. Ia merasa jadi orang terbodoh di seluruh dunia. Bisa-bisanya ia tertipu dan adrenalinnya benar-benar dipermainkan oleh akting Nata yang seperti sungguhan. Tadi itu perasaanya seperti ibu hamil yang naik roller coaster.

KAMU SEDANG MEMBACA
TERNYATA CINTA [END]
HumorPART LENGKAP/PROSES REVISI Felicia Adzkya Hendriawan si cewek pemberani dan jago karate. Dia tidak takut siapapun termasuk Devano Ranggata Andalas si senior tengil dan sok senioritas. Dipertemukan di berbagai kesempatan membuat mereka selalu adu mul...