Tuhan punya rencana yang terbaik untuk melihat kita bahagia, walau tak bersama lagi.
—FelDev▪▪▪
Felicia memandang kalung couple pemberian Devano. Ia sangat gemas melihatnya. Bukan karena kalungnya lucu. Tetapi Ia lupa seharusnya saat memutuskan Devano tadi, Ia melemparkan kalung itu tepat di wajahnya. Supaya wajah gantengnya terasa nyeri dan sedikit ternodai oleh luka.
Putus. Hal yang menyakitkan memang disaat masih saling mencintai namun telah berpisah. Terasa sangat berat kehilangan satu sama lain.
Bukannya Felicia tidak menyukai Devano lagi. Bukan kemauannya juga untuk melanggar janji bersama Devano bahwa dilarang mengucapkan kata putus di dalam hubungan mereka. Namun keadaan memaksanya untuk mengeluarkan kata-kata keramat itu dari lidahnya. Ia benci sebuah persahabatan hancur karena dirinya.
Tok tok tok. Felicia tersentak. Ia menoleh ke arah daun pintu kamarnya yang sedang diketuk.
Tok tok tok. Lagi-lagi ketukan itu berbunyi. Ia sangat terganggu.
"Pel!" Teriak Syena disertai gedoran pintu.
Felicia menghela nafas panjang. Bisakah waktu galaunya saat ini hanya ada ia sendiri di dalam kamar. Mau guling-guling di lantai, mau goyang dumang sambil bugilan atau mau nyanyi sampai pita suara putus, terserah ia. Asalkan tidak ada yang melihatnya sampai rasa galaunya hilang walaupun hanya sementara.
Felicia segera bangkit dengan malas untuk membuka pintu.
"Hai ayang Pel," Syena memamerkan giginya.
"Ada apa, gue baru pulang lo udah nongol di rumah gue, mau minta sumbangan?" tanya Felicia melipat tangannya di depan dada dan menyenderkan tubuhnya di kusen pintu.
Syena terkekeh pelan sembari menerobos pintu melewati Felicia yang tengah memelototinya.
"Gue mau nganterin kado-kado lo. Kelupaan di cafe tadi. Gue simpan di depan pintu depan soalnya gue nggak kuat ngangkat," jawab Syena duduk di pinggir tempat tidur Felicia.
"Kenapa nggak dibuang ke selokan aja atau ke TPS," Ujar Felicia melangkahkan kakinya menuju tempat tidur.
"Lo kok gitu sih Pel, hargain dong pemberian orang," Syena memandang Felicia dengan tatapan memprotes.
"Kalau liat kado itu bawaannya gue emosi," Felicia menghempaskan pantatnya di tempat tidur.
"Gue ngerti Fel, tapi ini kan beda lagi. Ini dikasih sama orang loh, bukan dari kak Devano," jelas Syena menghela nafas panjang.
"Ah serah lu dah,"
"Sebenarnya gue kecewa pas lo bilang putus sama Kak Devano, gue yang jadi nyesek. Soalnya gue pendukung nomor wahid lo pas jadian sama dia. Tapi gue rasa keputusan lo benar kok Fel,"
Syena menarik nafas sedalam mungkin untuk mengisi rongga paru-parunya yang terasa sesak. Ia berbaring lalu menatap langit-langit kamar. Kok Felicia yang putus ia yang sakit. Mungkin inilah yang dinamakan sehati.
"Maksud lo?" Felicia memandang wajah Syena lekat.
"Kak Devano mau dijodohkan Fel," jawab Syena.
"Hah?" Felicia menutup mulutnya disertai mata yang hampir meninggalkan stannya.
"Iya, Fel. Alasannya dia nggak ngejar lo tadi karena dia menyerah dengan keadaan yang ada. Sebenarnya dia sayang banget sama lo tapi karena dia juga nggak mau melawan orangtuanya dan mempertimbangkan alasan lain, jadi menurutnya putus adalah jalan terakhirnya," Tutur Syena menatap Felicia kasihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERNYATA CINTA [END]
HumorPART LENGKAP/PROSES REVISI Felicia Adzkya Hendriawan si cewek pemberani dan jago karate. Dia tidak takut siapapun termasuk Devano Ranggata Andalas si senior tengil dan sok senioritas. Dipertemukan di berbagai kesempatan membuat mereka selalu adu mul...