"Ya... Kyungie!! Kemarin kau kemana, hah?! Kau bilang kita akan jalan-jalan! Kau bilang kita akan bersenang-senang! Kenapa hari ini baru datang? Aku kesal padamu!", rajuk Luhan ketika Kyungsoo menampakkan diri di apartemennya di siang minggu yang cerah ini.
"Ada hal tak terduga yang terjadi, Lu", Kyungsoo mencoba mulai menjelaskan.
"Maksudmu?", Luhan terlihat penasaran.
"Mau di rumah mendengarkan ceritaku atau kita keluar sekarang?", tawar Kyungsoo.
"Ok, aku pilih pilihan yang ketiga. Kita keluar, lalu kau cerita padaku. Bisa mati bosan aku saat senggang hanya di rumah", jawab Luhan cepat dan segera berlari ke kamarnya untuk berganti baju. Sedang Kyungsoo hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya itu.
* * *
Salah satu taman di sudut kota ini terlihat cukup ramai. Mungkin karena hari ini adalah hari Minggu, ditambah lagi cuacanya cukup mendukung untuk orang-orang berkegiatan outdoor."Cepat ceritakan!", desak Luhan pada Kyungsoo ketika mereka sudah memosisikan diri di sebuah bangku taman dengan nyaman.
Kyungsoo terkikik sebelum ia bercerita dan hal itu membuat Luhan menaikkan sebelah alisnya, lalu berkata, "kau gila?".
"Bisa jadi, Lu", jawab Kyungsoo tanpa mengalihkan pandangan dari danau buatan yang ada di hadapannya.
"Kemarin aku melakukan pemeranan dan itu akting terburukku sepanjang karirku sebagai seorang pemain teater", Kyungsoo kembali tertawa, kali ini lebih keras dengan tambahan tepukan tangannya.
Luhan mengingsut posisi duduknya, sedikit menjauhkan diri Kyungsoo.
"Kau menakutiku, Kyung. Kau bilang itu akting terburukmu, tapi kau malah terlihat bahagia. Aku rasa ada yang tidak beres dengan otakmu", Luhan mengedikkan bahunya seraya memutar jari telunjuk di sisi kiri pelipisnya.
"Tunggu! Kau bilang melakukan pemeranan kemarin? Bukankah jadwal pentas teatermu adalah Sabtu depan?", Luhan menyadari sesuatu.
Kyungsoo tersenyum, lalu menangkup kedua pipi sahabatnya itu.
"Aku melakukannya di dunia nyata, bukan di atas pentas".
Setelah itu, Kyungsoo menceritakan kejadian kemarin dari awal hingga akhir pertemuannya dengan Park Chanyeol dan ibunya.
"Woooaahh... Daebak!! ", Luhan memasang ekspresi takjub dan tepukan tangan di depan wajah Kyungsoo. Tentu saja ekspresi yang ditunjukkan oleh Luhan itu hanya untuk mengolok-olok Kyungsoo.
"Bagaimana bisa seorang pemain teater profesional ini bisa berakting seburuk itu? Jika aku jadi ibunya, aku sudah langsung tahu kebohongan itu sejak awal. Parah kau, Kyung", lanjut Luhan.
Kyungsoo terkekeh.
"Kau pikir mudah berakting tanpa persiapan dan tanpa naskah seperti itu, eoh?!".
"Woahh... Aku jadi penasaran dengan ibu dan anak itu", ucap Luhan dengan merantangkan kedua tangannya ke atas.
"Apakah dia tampan, Kyung?", lanjutnya.
"Yaaahh... Tampan atau tidak itu relatif. Tergantung mata yang memandang", jawab Kyungsoo.
"Aku bertanya pendapat matamu yang sudah melihatnya. Berhentilah menjawab dengan sok diplomatis begitu", sergah Luhan.
"Mm.. Tampan? Yaa.. Kurasa begitu. Tubuhnya jangkung dan...terlihat cukup atletis. Saat dia tertawa atau tersenyum, akan tercipta lesung pipinya. Saat melihat dia tertawa, entah kenapa aku jadi ingin ikut tertawa juga. Dia mempunyai telinga yang lebar, tapi itu menjadi daya tarik tersendiri untuk visualnya. Mmm... Tangannya besar, sekalinya menggenggam tanganku, telapak tanganku tenggelam dalam genggamannya, tapi itu terasa hangat", Kyungsoo menjelaskan dengan mata menerawang ke depan seolah sosok itu ada di hadapannya. Ia tersenyum lebar saat menjelaskannya. Entah ia sadar atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionGS [CHANSOO] Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan, semua sudah digariskan, tak terkecuali urusan jodoh. Tinggal manusianya yang menjalani dengan usaha yang seperti apa.... Mudahkah? Sulitkah?