🌻21

2.2K 367 32
                                    

Luhan menyesap lemon tea di hadapannya untuk ke sekian kali. Pandangannya terus tertuju ke luar jendela kafe tempat ia dan Kyungsoo berjanji untuk bertemu sore ini. Hampir setengah jam, sahabatnya itu belum juga datang. Ia tampak mulai gelisah, karena tak biasanya Kyungsoo datang terlambat ketika mereka melakukan janji temu seperti ini, ditambah lagi tak ada kabar dari Kyungsoo.

Gelas minuman di hadapan Luhan sudah kering sekitar lima belas menit yang lalu saat indera penglihatannya menangkap sosok yang telah ditunggunya hampir satu jam itu melewati pintu masuk kafe. Senyum tipis menghiasi wajah tirusnya.

"Maaf, Lu, aku terlambat. Ada yang harus kukerjakan dulu", ujar Kyungsoo setelah duduk di hadapan Luhan.

Luhan tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak apa, Kyung".

"Kau sudah memesan makanan?", tanya Kyungsoo.

"Belum. Aku menunggumu dulu".

"Ah, baiklah. Kita pesan sekarang saja".

Kyungsoo dan Luhan segera memesan makanan dan minuman pada seorang pelayan berseragam hitam putih setelah mereka memilihnya di buku menu.

"Kau tak sibuk sekarang, Lu?"

"Aku sedang shift pagi. Jadi, sore dan malam ini aku free".

"Ah...baguslah kalau begitu. Bagaimana kalau nanti kita ke Sungai Han?", tawar Kyungsoo. "Aku rindu kita seperti dulu yang sering menghabiskan waktu luang di sana".

"Ok! Aku juga merasa kita sudah jarang menghabiskan waktu berdua akhir-akhir ini", Luhan menyetujui usulan Kyungsoo dengan antusias.

Setelah makanan dan minuman yang mereka pesan telah diantarkan, mereka menikmatinya sembari diselingi dengan pembicaraan ringan sekadar melepas rindu antar dua sahabat.

Langit senja sudah berganti gelap saat Luhan melajukan mobilnya menuju Sungai Han, seperti usulan Kyungsoo sebelumnya. Sunyi. Tak ada pembicaraan di antara Luhan dan Kyungsoo. Luhan sebenarnya sedikit merasa aneh dengan sikap yang ditunjukkan Kyungsoo sedari tadi. Kyungsoo tertawa, namun terasa kosong. Ia berbicara seperti dipaksakan. Matanya menyiratkan sesuatu yang disembunyikan, tapi Luhan tidak berani menanyakannya karena takut merusak suasana jika ternyata pertanyaannya nanti adalah sebuah kesalahan di waktu yang tidak tepat. Jadilah ia sekarang mengemudi dengan sesekali melirik ke arah Kyungsoo yang menatap pemandangan jalanan dari balik kaca mobil. Kyungsoo terlalu asyik dengan dunia lamunannya hingga panggilan dari Luhan pun tak didengarnya. Luhan akhirnya membiarkan Kyungsoo dan mulai yakin dengan perkiraannya bahwa Kyungsoo tengah menyimpan sebuah permasalahan dalam benaknya itu.

Kyungsoo merentangkan kedua tangannya ke atas ketika sudah sampai di tepian Sungai Han, menghirup sebanyak-banyaknya udara untuk memenuhi rongga paru-parunya, kemudian melepaskannya perlahan seolah ingin melepaskan beban yang bersarang di balik dadanya. Semua itu tak luput dari perhatian Luhan yang berada di sampingnya.

"Sudah lama kita tidak ke sini, Lu", ucap Kyungsoo.

"Bukan kita, tapi aku. Bukan kah belum lama ini kau bersama Yeollie oppa ke sini?", tegas Luhan dengan senyum jahilnya sambil menyikut pelan lengan Kyungsoo.

Ekpresi Kyungsoo sesaat berubah sendu setelah Luhan mengatakan hal itu, namun detik berikutnya Kyungsoo tersenyum dan mengangguk.

"Ah, ya... Kau benar, Lu. Belum lama ini aku ke sini", Kyungsoo berkata dengan suara rendah sambil menatap jauh ke sudut Sungai Han yang gelap.

Luhan menangkap gelagat tak biasa lagi dari Kyungsoo, namun pikiran itu segera ditepisnya.

"Bagaimana?"

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang