🌻18

2.2K 369 22
                                    

Kyungsoo menyusuri lorong rumah sakit. Di tangan kanannya tergenggam sekeranjang kecil parcel buah. Sore ini, sudah ia rencanakan untuk menjenguk Nam Joo Hyuk. Setelah Choi Tae Joon ditangkap, ia belum kembali melihat perkembangan Joo Hyuk. Jemarinya mengetuk pelan pintu ruangan tempat Joo Hyuk di rawat sebelum dirinya masuk.

"Hai, Kyung...", sapa Joo Hyuk setelah Kyungsoo menampakkan diri.

"Bagaimana kabarmu, Hyuk?", tanya Kyungsoo seraya meletakkan keranjang buah yang dibawanya ke atas lemari kecil di samping ranjang.

"Aku semakin membaik, meskipun masih belum bisa banyak bergerak", jawab Joo Hyuk yang tampak kesulitan menyamankan posisinya.

"Hati-hati, Hyuk", Kyungsoo pun membantu Joo Hyuk yang berusaha bersandar pada ranjang rawatnya.

"Maaf, aku baru bisa menjengukmu lagi hari ini", ucap Kyungsoo setelah duduk di samping ranjang Joo Hyuk.

"Tidak apa-apa, Kyung. Aku mengerti. Lagi pula,menjengukku itu bukanlah sebuah kewajiban", jawab Joo Hyuk.

"Aku juga minta maaf, secara tidak langsung, aku yang sudah menyebabkan kau berada di sini dalam keadaan seperti ini", Kyungsoo tampak merasa bersalah.

Joo Hyuk tersenyum lebar mendengar penuturan Kyungsoo.

"Ini bukan salahmu, Kyung. Jadi tak perlu minta maaf. Ah, kalau aku sudah pulih nanti, aku ingin menonton pementasanmu untuk bisa tahu seberapa menariknya seorang Kyungsoo ketika berada di atas panggung sampai-sampai ada penggemar yang menggilaimu hingga seperti itu, Kyung", ujar Joo Hyuk dengan cengiran yang membuat kedua matanya menyipit.

"Kau berlebihan, Hyuk. Aku tidak terlalu menarik. Hanya lelaki itu saja yang aneh", balas Kyungsoo yang membuat Joo Hyuk terkekeh.

"Tapi aku serius ingin menonton pementasanmu, Kyung"

"Dengan senang hati aku persilakan kau menontonnya nanti saat kau pulih. Bulan depan adalah jadwal pementasanku berikutnya. Cepatlah pulih..."

"Kyungie-yaa...", satu suara yang sangat Kyungsoo kenal memenuhi ruang rawat Joo Hyuk saat ia masuk.

"Yaa! Luhanie! Kau berisik!", ucap Kyungsoo pada sahabatnya itu yang sekarang memeluknya.

"Aku merindukanmu", Luhan mencium pipi Kyungsoo dengan gemas.

"Yaa! Apa yang kau lakukan, eoh?!", Kyungsoo berusaha menjauhkan kepala Luhan darinya.

"Isshh...aku cuma mencium pipimu kau seolah jijik seperti ini. Kalau Yeollie oppa yang menciummu, apa kau juga seperti ini? Atau jangan-jangan...kalian sudah sering melakukannya?", Luhan menaik-turunkan kedua alisnya menggoda Kyungsoo.

Kyungsoo terdiam sesaat dengan wajah yang sudah merah merona sebelum kembali meneriaki Luhan.

"Yaa! Xi Luhan! Jangan asal bicara!"

Luhan terkikik melihat ekspresi Kyungsoo. Ia benar-benar paham tentang sahabatnya ini.

"Kalian benar-benar sudah melakukannya, kan?", Luhan berbisik pada Kyungsoo yang spontan memberikan pukulan ringan di lengan Luhan.

"Maaf, nona-nona...aku merasa terabaikan di sini. Kalau kalian mau bicara berdua saja, tinggalkan ruangan ini", sela Joo Hyuk yang hanya memerhatikan keduanya sedari tadi.

"Cih... Berani mengusirku, eoh? Kenapa tidak kau saja yang segera keluar dari ruangan ini? Aku sudah bosan melihatmu terbaring di sini", Luhan membalas ucapan sepupunya itu.

"Yaa! Kau pikir aku mau berlama-lama di sini? Kalau bisa, aku mau keluar dari sini sekarang juga", jawab Joo Hyuk sengit.

Ruang rawat Joo Hyuk sore itu menjadi cukup ramai setelah kedatangan Luhan. Mereka bertiga membicarakan banyak hal, dari yang serius hingga pertengkaran kecil antara Luhan dan Joo Hyuk yang diawali dengan candaan.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang