🌻13

2.3K 362 19
                                    

Langit berwarna kelabu kala Kyungsoo bersiap pulang setelah sejak pagi ia menghabiskan waktunya untuk persiapan pertunjukan teaternya dua bulan lagi. Ia menyapa dan memberikan salam pada setiap orang yang dikenalnya saat mulai melangkah untuk keluar.

"Ah...mendung. Semoga tak turun hujan hingga aku pulang nanti", harap Kyungsoo dalam hati.

Kyungsoo menuju halte bus. Ia akan ke rumah sakit untuk menjenguk Nam Joo Hyuk yang saat ia tinggalkan kemarin malam masih belum siuman.

Kyungsoo mengetuk pelan pintu ruangan yang bercat serba putih itu sebelum membawa tubuhnya masuk. Joo Hyuk sudah siuman. Matanya yang tampak sayu menatap langit-langit ruangan kemudian melirik ke arah pintu saat ia mendengar pintu ruang tempatnya dirawat itu dibuka.

"Hai... Kyung...", ucap Joo Hyuk saat tahu yang masuk melalui pintu tadi adalah Kyungsoo.

Ia mencoba untuk duduk, namun akhirnya meringis karena rasa sakit yang jelas masih sangat terasa di bagian perutnya. Kyungsoo segera menghampiri Joo Hyuk yang tampak kesakitan.

"Jangan bangun dulu. Lebih baik kau tetap berbaring, Hyuk", ucap Kyungsoo.

"Ah... Tapi ini terasa membosankan, Kyung. Sejak aku siuman tadi pagi, aku tak bisa berbuat apa-apa selain berbaring seperti ini. Tubuhku rasanya sudah mati rasa...", keluh Joo Hyuk dengan suara yang sedikit melemah.

"Mm.. Aku naikkan sedikit tempat tidurnya ya, biar kau bisa bersandar?", tawar Kyungsoo.

"Ah... Terima kasih, Kyung. Ini terasa lebih baik", ujar Joo Hyuk setelah Kyungsoo menaikkan sedikit tempat tidurnya sehingga ia tidak harus berbaring dan bisa melihat ke arah Kyungsoo lebih leluasa saat berbicara.

Kyungsoo tersenyum mendengar suara kelegaan dari Joo Hyuk seraya memperbaiki posisi bantal yang ada di belakang punggung pria itu. Setelah itu,  Kyungsoo duduk di kursi yang ada di samping ranjang Joo Hyuk.

"Aku dengar dari Luhan semalam, kau butuh waktu sebulan untuk pemulihan", ucap Kyungsoo memulai pembicaraan.

Joo Hyuk menghela nafasnya, berat.

"Ya... Luhan sudah memberitahuku tadi, tidak lama setelah aku sadar. Dan itu menyebalkan", jawab Joo Hyuk lemah tapi dengan nada kesal. Tangan kirinya mengelus pelan bagian perutnya yang terluka.

"Aku sendiri tidak mengerti atas dasar apa pria itu sampai mencelakaiku hingga seperti ini. Aku rasa aku tidak mempunyai musuh di sini", lanjut Joo Hyuk.

"Luhan juga sudah mengatakan itu padaku kemarin. Kau sendiri baru dua bulan ini pulang ke Korea", Kyungsoo menyetujui ucapan Joo Hyuk.

Klek

Pintu ruang rawat Joo Hyuk terbuka. Luhan muncul dari balik daun pintu itu dengan senyum lebar.

"Hai, Kyung! Sudah lama di sini?", ujar Luhan yang kemudian menjatuhkan dirinya di sofa yang berada di sisi kanan ranjang Joo Hyuk.

Kyungsoo menggeser posisi duduknya agar tidak membelakangi Luhan yang sekarang berbaring di sofa sekaligus Joo Hyuk yang ada di ranjang.

"Tidak. Baru sekitar lima belas menit yang lalu aku di sini", jawab Kyungsoo.

"Yeollie oppa mengantarmu dengan aman sejahtera selamat sampai tujuan tanpa kurang apapun kan tadi malam? Atau malah ada tambahannya?", ujar Luhan dengan mata terpejam, namun dengan tersenyum jahil.

Wajah Kyungsoo merona saat mendengar pertanyaan itu karena memori otaknya langsung mengilasbalikkan momen di mana Chanyeol yang tiba-tiba memeluknya semalam.

Luhan membuka matanya dan melirik cepat ke arah Kyungsoo karena tak segera mendengar jawaban.

"Sepertinya tebakanku benar. Ada service tambahan semalam. Hahaha...", tawa Luhan tak dapat dibendung karena melihat ekspresi Kyungsoo.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang