TWENTY FIFTH : SORRY

2.6K 109 1
                                    

"Kejujuran memang membuahkan hasil yang tak terkira." -Aleta
________________________________




"Gila si Syifa, nyuruh gue beli lightstick tapi gak ngasih tahu harganya!"

Meski kakinya terus melangkah disepanjang koridor, namun mulutnya tetap saja tidak terima.

"Itukan..." Aleta berlari kecil mengejar orang yang ada dihadapannya "Angga!"

Setelah menyamai langkah kaki Angga barulah ia berjalan santai disampingnya.

"Hei.."

"Mau pulang ya Ga?"

"Hm" Angga bergumam kecil sambil tersenyum ramah. "Gue pikir lo udah pulang duluan."

Aleta hanya tersenyum kecil untuk membalasnya.

Apa dirinya benar-benar tidak punya hati? Sampai mempermainkan perasaan orang sebaik Angga. Aleta juga tidak mengerti mengapa Angga bisa menyukai dirinya.

Padahal banyak wanita disekolah ini yang lebih cantik, lebih pintar, lebih segalanya dari Aleta. Tapi, kenapa harus Aleta yang disukainya? Lalu mengapa Samudra mengalah begitu saja?

Apa samudra tidak benar-benar menginginkan Aleta, seperti Angga?

Gue harus ngomong!

"Ga, gue mau ngomong sama lo." Aleta menghentikan langkahnya.

Angga yang menyadari itu melakukan hal yang sama. Sepertinya Aleta mulai serius.

"Kenapa Ta?" Angga terus memberikan senyuman manisnya.

Aleta benar-benar merasa seperti wanita tidak tahu diri, ia tidak pantas mendapatkan senyuman itu karena telah melukai hati pemiliknya.

"Sebelumnya gue mau minta maaf lo boleh marah-marahin gue caci-maki gue diemin gue tapi gue mohon jangan benci gue.."

Aleta benar-benar ngomong seperti kereta api tanpa tahu titik dan koma "Gue pura-pura amnesia"

Aleta merunduk, hatinya merasa lega telah berkata jujur walaupun ada sedikit penyesalan karena sudah melukai pria baik hati seperti Angga

"Maafin gue.." Suaranya mengecil, ia benar-benar takut Angga membencinya "Maaf.."

Aleta merasakan ada yang memegang kedua bahunya, tidak mungkin itu Angga!

Tapi kenyataannya itu memang Angga.

"Hei.." Satu tangan Angga memegang dagu Aleta lalu mendongkakan kepalanya "Kalau ngomong tatap gue Ta.."

"Gue takut,"

Angga tertawa kecil. "Gue bukan monster."

"Gue tahu."

"Lalu?" Angga menaikkan sebelah alisnya.

"Takut lo jadi benci sama gue," Aleta langsung memeluk Angga, nafasnya sudah tidak beraturan, ia sudah tidak kuat. Ingin menangis saja. "Lo sahabat gue, yang selalu ada pas gue butuh seseorang."

Aleta makin terisak suara tangisannya menyaingi suara kicauannya "Syifa udah gak perduli sama gue, jadi disekolah gue cuma punya lo.. Angga,"

Angga tidak berontak sepertinya gadis ini benar-benar sedang terpukul. Angga mengelus punggung Aleta berusaha agar lebih tenang.

"Jangan ngomong gitu! Masih ada Gue, Reza, Sam, Sonya, Joko, dan teman-teman lainnya. Lo gak sendirian Ta, mereka masih hidup jangan pernah lo anggap gak ada.."

"Sam udah berubah Ga, dia udah nggak perduli sama gue," Aleta menjeda bicaranya karena menahan isakan "Bahkan status kami aja gak jelas."

Angga mendorong pelan bahu Aleta, agar berbicara secara face to face. "Ini salah gue Ta."

Angga tersenyum kecut "Kalau aja gue nggak bilang ingin milikin lo seutuhnya, Sam pasti gak akan berbuat kasar sama lo, dia pasti nggak akan tinggalin lo. Gue emang brengsek Ta, lo boleh benci sama gue."

"Nggak Ga, gue yang egois. Gue menginginkan Sam, tapi gue juga gak mau lo tinggalin gue."

Angga mengacak-acak rambut Aleta "Cantik." Satu kata yang keluar dari mulut Angga berhasil membuat Aleta blushing. Ia jadi malu sendiri.

"Maaf, karena gue belum bisa balas perasaan lo."

Angga mengangguk. "Gak pa-pa,"

"Lupain perasaan lo ke gue ya Ga, please?"

"Hm" Angga tersenyum meski hatinya sedikit teriris.

Sebenarnya soal Aleta pura-pura lupa ingatan ia sudah tahu, karena tidak sengaja mendengar pembicaran Aleta dan Samudra di rooftoop. Mungkin kehadiran Angga saat itu tidak disadari oleh Aleta maupun Samudra.

Angga tidak berhak marah, karena ini salahnya juga yang terlalu memaksakan perasaan, padahal keduanya saling mencintai.

"Benar ya Ga, janji?" Aleta memunculkan jari kelingkingnya ke udara sedangkan empat jari lainnya terkepal.

Angga mengangguk kemudian melakukan hal yang sama lalu memeluk jari kelingking Aleta dengan jari kelingkingnya. "Iya Aleta.."

Lega Hatinya berkata seperti itu. Senang? Jelas! Aleta sangat senang karena Angga benar-benar tidak membencinya. Jadi, Aleta tidak akan kehilangan sahabatnya lagi.

♥♡♥

See you the next part

ALETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang