TWENTY SEVENTH : PANGERAN KODOK

2.6K 101 1
                                    

"Aku yakin cinta sejati itu ada, buktinya kamu disini, bersamaku." -Aleta

________________________________


Sore ini sepertinya akan turun hujan, Aleta sebenarnya cape sehabis pulang sekolah harus pergi lagi karena Syifa.

Entahlah, Aleta tidak tahu tapi Syifa ingin bertemu dengannya di Café Alaska. Tempat yang tidak jauh dari rumah Syifa.

Mungkin Syifa sadar dan ingin berteman lagi dengan Aleta. Karena setelah dipikir-pikir ini bukan sepunuhnya salah Aleta.

"Tuh kan gerimis manja," Aleta berlari kecil ke depan pintu Café, untung saja jaraknya sudah mulai dekat.

Hujan turun, lega rasanya ketika sudah sampai di dalam Café.

Syifa dimana, sih?

Aleta me-unlock ponselnya lalu membuka salah satu aplikasi chat.

Aleta
Syifa dimana?

Tidak ada balasan juga, apa Syifa sedang dijalan? Atau dia sudah sampai?

Daripada menduga-duga lebih baik Aleta mencari dulu, siapa tahu saja Syifa memang sudah sampai.

Lho, itu bukannya...

Dari arah belakang sepertinya Aleta kenal. Apa dia...

Dari pada makin penasaran Aleta berjalan mendekatinya, hingga benar saja dugaannya.

"Lo ngapain disini?" Aleta tersenyum kemudian duduk di kursi kosong yang ada di hadapan orang ini. Ini benar-benar awkward moment, tapi Aleta sebisa mungkin tetap tenang.

"Lo juga ngapain langsung duduk disituh, emang gue suruh?"

Kalau aja gue gak sayang udah gue cakar-cakar lo, Sam!

"Gue kan pacar lo, Samudra.." ucap Aleta penuh penekanan.

"Siapa yang bilang?"

"Gue,"

"Kok, gue gak pernah ngerasa ya?"

Aleta menggebrak meja "DASAR COWOK BAR-BAR!!!" Teriak Aleta, tidak perduli soal semua orang yang ada di Café jadi memperhatikannya.

Samudra sedikit malu, ia hanya menanggapi tatapan orang-orang dengan senyum yang dipaksakan. "Jangan teriak bego, malu gue..." ucapnya dengan nada kecil.

"Kalau gue gak teriak, lo gak akan paham bego..." balas Aleta dengan nada yang sama seperti Samudra.

Mata Samudra melebar "Pacar sendiri dikatain bego, dasar bego!"

Aleta tersenyum lalu memajukan wajahnya sambil menatap Samudra horror "Orang bego bilang bego gimana sih? Dasar bego!"

"Bego bego aja terus sampai bego,"

"Sam ngomong apa sih? Dede gak ngerti."

"Nama lo Aleta bukan dede,"

"Pengennya dede gimana dong?"

"Oh... lo adiknya si super dede ya?" Samudra terbahak ketika mengatakan itu sambil mendorong wajah Aleta sedikit ke belakang.

"Ck! Pacar durhaka! Gue kutuk lo jadi Kodok!"

"Pake pangeran dong.."

Aleta menautkan kedua alisnya "Biar apa?"

"Biar jadi pangeran kodok."

"Nanti yang jadi puterinya siapa?"

"Kamulah."

"Gak mau!" Aleta bergidik ngeri, membayangkan jika Samudra dikutuk jadi kodok lalu Aleta harus menciumnya karena Cinta Sejati bisa mengembalikan ke wujud aslinya.

Mencium kodok? Ih, tidak ada dalam daftar hobi Aleta. Sekalipun yang menjadi kodok adalah Samudra. Aleta tidak akan rela mencium kodok. Tidakkk!!!

"Kenapa?"

"Aku puteri, aku tidak mau mencium kodok!"

"Jadi, kamu maunya menciumku?" Tanya Samudra dengan nada menggoda.

Jujur pipi Aleta terasa memanas, Aleta yakin pasti wajahnya sudah merah bagai kepiting rebus.

"Cuacanya dingin tapi kenapa pipi lo mendadak pink gitu?"

"Ah, yang boong?" Aleta langsung memegangi kedua pipinya yang terasa hangat.

Please jangan blushing. Lo malu-maluin gue deh!

Aleta bangkit dari duduknya, daripada memalukan diri sendiri lebih baik pergi dari sana "Gue sampai lupa tujuan kesini untuk apa, see you Sam.."

Setelah tersenyum kaku buru-buru Aleta melangkah keluar Café. Cuacanya sih masih hujan tapi mungkin Aleta bisa menerobos karena tidak sederas tadi.

-----

Cuaca hujan membuat semua orang malas beranjak dari kasur apalagi sambil mendengarkan lagu idola.

Seperti Syifa yang terbaring sambil stalk informasi terbaru tentang idolanya, siapa lagi kalau bukan cowok ganteng berkulit putih dan mata sipit asal negeri gingseng itu.

"Aaahhhh oppa bangcad syekali kau ini.." ucapnya sambil mencium-cium gambar yang ada diponselnya.

Jangan bilang Syifa gila, jujur saja.. mungkin kalian juga pasti pernah melakukan hal tersebut.

Syifa jadi membayangkan seperti apa rasanya punya suami seperti Chanyeol yang tinggi, punya bakat, smart, matanya indah, kulitnya putih, ah pokoknya real perfect.

Syifa tenggelam dalam imajinasinya. Tanpa diketahuinya dari arah lain seseorang mengendap-ngendap masuk ke kamarnya. Setelah dekat, orang itu menggebuk Syifa bersamaan dengan suara "DOR!!" yang cukup keras melebihi suara lagu.

Ponsel Syifa terlempar karena langsung memegangi dadanya "Innalillahi wainnalillahiroziun.." Akibat dikagetkan ritme jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Syifa belum sadar ponselnya terlempar, dia masih berusaha menetralkan detak jantungnya.

"Siapa yang meninggal Syif?"

"DASAR GILA"

"Astagfirullah haladzim.. gue nanya malah dikatain gila."

"Untung jantung gue masih setia ditempatnya,"

"Hehe maaf.."

"Ngapain kesini?"

"Mau nanya tentang rencana kita, lo udah suruh Aleta ke Cafè Alaska belum?"

"Yaampun Soy... lo kan bisa tanya lewat chatting, gak perlu jauh-jauh kerumah gue."

"Nggak kok, gue kesini sekalian numpang nonton drakor. Di laptop lo kan banyak."

"Hm." Syifa mengangguk "Terserah lo."

"Kayaknya Sam kesel nih sama gue karna gue gak datang ke Cafè itu."

"Ya sama.. Aleta juga dari tadi WhatsApp gue terus." Syifa menghela nafas, sudah siap dimarahi cewek bar-bar seperti Aleta. "Eh, ngomong-ngomong hape gue kemana ya?"

"Dilempar."

"Sama siapa?"

"Sama lo!"

"Kok, bisa?"

"Ya bisalah, karena.. gue kagetin lo terus lo reflek lempar hape yang ada ditangan." Sonya menunjuk kearah ponsel yang tergeletak dilantai dengan dagunya. "Noh hape lo."

Syifa turun dari kasur dan mengambil ponselnya, untung saja layarnya tidak pecah tapi, "Yah... mati," ucapnya sedih.

"Serius lo?"

Syifa mengangguk lesu.

"Terus, gimana?"

♥♡♥

Tiba-tiba mikir pangeran kodok jadi aku tuangin deh kesini eheh
See you the next part

ALETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang