"Ingin bicara tapi tidak ingin mengatakan, ingin pergi tapi sulit untuk melangkah, ingin menjauh tapi sulit melakukannya" -Samudra
___________________________
Terlambat. Gara-gara mobil Arka yang mogok dan harus di bawa ke bengkel Aleta jadi naik angkutan umum, bahkan Arka sama sekali tidak mengantarkan Aleta sampai sekolahnya, dia malah sibuk mencari taksi sendiri untuk pergi kuliah karena dia juga takut terlambat.
Kini mata Aleta menatap bendera merah putih yang berkibar tertiup angin, tangan kanannya di angkat dan di tempelkan di ujung alis 'hormat' padahal ini bukan hari senin, bukan hari kemerdekaan, bukan hari sumpah pemuda, bukan juga hari nasional lainnya.
Ini hanyalah hukuman untuknya berjemur di lapangan yang lumayan luasnya sambil menghormat bendera merah putih.
Sudah hampir satu jam Aleta melakukan itu, matahari pagi mulai membakar tubuhnya, matanya mulai menyipit, keringatnya mulai bercucuran, tangannya mulai terasa pegal apalagi leher dan wajahnya yang terus menengok keatas.
Bau, Lengket, Kucel. Tiba-tiba saja tiga kata itu terngiang di kepala Aleta.
Seseorang dari samping menyodorkan air minum pada Aleta, mata Aleta bertemu mata coklat terang yang menatapnya teduh walaupun tidak ada lengkungan indah di bibirnya sama sekali.
Aleta menurunkan tangannya meraih botol minum itu lalu membukannya dan menempelkan pada bibirnya. Aleta tersenyum simpul melirik mata coklat terang milik kekasihnya itu "Thanks Sam,"
Tumben ya baik. Kata Aleta dalam hati
Senyuman Aleta terus mengembang di wajahnya, seakan kini dunia benar-benar miliknya.
Samudra sendiri tidak tahan dengan perasaannya pada Aleta, dia tidak bisa memakinya, memarahinya, menyakitinya, atau melukainya.
Lama-kelamaan senyum di wajah Aleta memudar, mungkin karena dari tadi hanya dia seorang yang menunjukan lengkungan bibirnya tapi Samudra tidak.
Samudra sengaja menemui Aleta sekarang, karena dia tahu kelas Angga sedang ada praktek kimia di lab dan itu membutuhkan tambahan waktu.
"Sam, kenapa lo gak masuk kelas?" Tanya Aleta mencairkan suasana.
"Gue di keluarin karena tidur di kelas," Jawabnya enteng
Aleta terkekeh melihat rambut pacarnya yang memang sedikit berantakan.
Aleta sedikit maju mendekatkan badannya di hadapan Samudra "Sini gue rapihin," Aleta merapihkan rambut Samudra seperti biasa dengan tangannya sambil menenggak ke atas karena tubuh Samudra yang agak lebih tinggi darinya "Eh tapi kalau rambut lo rapih banget nanti keliatan culun kayaknya." Ucap Aleta sambil tertawa
"ALETA.."
Samudra melepaskan tangan Aleta dari rambutnya, dia mengacak-acak rambutnya seperti penampilan biasanya.
"Ciyee.. ngambek," goda Aleta mencolek pipi Samudra "Sam, gue mau tanya soal sikap lo akhir-akhir ini ke gu-"
"Lupain!" potong cowok itu menatap Aleta datar.
Aneh, dasar pacar! Batin Aleta
Tanpa berkata-kata Samudra memeluk tubuh mungil Aleta dengan erat, Aleta terkejut matanya membulat karena, ini di lingkungan sekolah takut-takut ada yang melihatnya namun ketika Aleta berusah ingin melepaskannya, pelukan dari Samudra malah semakin erat dan membuatnya sulit bernafas.
Mungkin ini terakhir kalinya gue bisa deket sama lo, Aleta. Kata Samudra pada dirinya sendiri
"S-Sam" Ucap Aleta terbata-bata
"Hmm?"
"Gu-Gue gak bisa nafas," Setelah Aleta mengatakannya, akhirnya Sam melepaskan pelukannya. Aleta menghela nafas lega.
Syukurlah dia masih punya perasaan sama gue. Batin Aleta
Senyum terukir di wajah Aleta membuat Samudra meninggalkan lapangan tanpa pamit.
Kok pergi?
Aleta menghela nafas bahwa dirinya sudah lelah untuk menebak apa maksud Samudra menjauhinya.
♥♡♥
Tinggalkan Jejak..
See you the next part
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETA
Novela Juvenil[END] Selamat berimajinasi untuk hubungan Aleta dan Samudra. Copyright, 2017.