THIRTY SECOND : CANTEEN

2.7K 97 1
                                    

"Dia memang tidak romantis seperti cowok lainnya, tapi paling tidak bisa membuatku tertawa lepas." -Aleta
__________________________

Gara-gara Aleta pulang duluan Syifa jadi pulang sendiri. Ia terlalu malu bilang ingin menumpang pada Sonya. Sonya sudah terlalu baik padanya, Syifa sudah sering merepotkannya. Jadi tidak enak.

Semenjak bilang pergi ke toilet, Aleta memang mengirim pesan pada Syifa akan pulang duluan karena ada urusan mendesak, Syifa tahu itu hanya alasan Aleta saja. Tapi mau gimana lagi Aleta nya juga sudah pulang, tidak ada gunanya juga Syifa mengomel.

"Syifa.." panggil seseorang dari arah samping.

Orang itu berpenampilan sangat rapih, wangi dan Syifa memang harus mengakuinya, dia tampan.

Syifa sendiri juga sampai lupa berkedip kalau saja orang itu tidak bertanya.

"Lo, sama siapa? Sendiri?"

Syifa tersenyum. "Sama Aleta, tapi dia udah pulang duluan. Ngomong-ngomong lo juga sendiri?"

"Gue sama Angga, tapi dia ada keperluan mendadak jadi gue ditinggal."

Orang itu memang Reza. Dia terlihat berbeda jika mengenakan pakaian bebas, sungguh baru menyadari jika Reza bisa sekeren ini.

Style yang Reza gunakan hari ini, Syifa sangat suka. Ditambah punya wajah yang putih kayak oppa-oppa korea yang Syifa idolakan.

Jika Syifa menyadarinya dari dulu, sudah Syifa pastikan tidak akan menolak Reza. Syifa juga siap dilamar.

"Lo sama Joko pacaran?" tanya Reza tiba-tiba.

Apanya yang pacaran? Dia aja gak pernah waras kalau ketemu gue.

"Lo ngedo'ain gue pacaran sama Joko?"

"Nggak tau, gue cuma nanya."

Nyesel gue pernah nolak lo, Za..

Syifa mengangguk paham. Tidak mungkin juga kan ia bilang yang sejujurnya, kalau hari ini sepertinya Syifa punya perasaan aneh pada Reza. Sangat memalukan.

Syifa menggeleng-geleng. Mikir apa sih gue? Syifa pacar lo itu cuma Chanyeol. Ingat! Jangan sampai suka sama dia, kadang suka php! Cukup sama Chanyeol aja. Meski gak nyata, setidaknya dia gak pernah nyakitin.

"Pulang bareng gue aja."

"Gak usah," tolak Syifa dengan senyuman sekilas.

"Bentar lagi malam Syif, lo yakin mau nunggu kendaraan umum disini? Jarang lho.. harusnya lo jalan dulu ke depan baru ada."

"Yaiyalah ini kan masih dalam mall, mana ada angkot atau taksi kedalam, gila ya lo?!" Syifa menggertakan giginya, sedikit kesal sih dengan omongan yang keluar dari mulut Reza.

"Lo juga gila, mau pulang masa nunggunya disini. Harusnya lo ke depan baru banyak tuh mobil-mobil lewat."

"Mobil siapa?"

"Mobil siapa aja lo berentiin pasti berenti gue jamin."

"Bodoamat!" Balas Syifa sewot melihat Reza terkekeh.

Syifa pergi dari sana, ingin pulang. Tidak perduli dengan Reza yang masih ada disana.

-----

Satu meja diisi oleh enam orang, entah mereka hanya kebetulan ketemu atau bagaimana. Aleta tidak tahu. Ia hanya ikut dengan Syifa yang memaksanya pergi ke kantin.

Setelah sampai ternyata sudah ada Sonya, Reza, Angga, Samudra yang sudah berkumpul disatu meja. Dan sialnya lagi Syifa malah mengajaknya bergabung.

"Setau gue kalian punya mulut." Sonya mulai jengah dengan suasana seperti ini, hening.

"Punya cangak." Reza menunjukkan mulut dengan tangannya "Ini mulut! Nih nih."

"Garing jirr garing!" Balas Angga.

"Pantai yuk?!" Tidak tahu kenapa Syifa tiba-tiba ingin ke pantai.

"Yuk." Balas Reza sangat bersemangat.

Sonya terkekeh lalu menoyor kepala Reza. "Yehh.. lo mah ayo ayo aja kalau sama Syifa!"

"Kurang setuju, gue pinginnya ngecamp di hutan." Balas Aleta sambil membayangkan rasanya camping di tengah hutan.

Angga melempar kulit kacang pada Aleta. "Jangan yang aneh-aneh, dimakan badak baru nyaho lho!"

"Ngaco!" Aleta balas melempar Angga.

"Kalau gue lebih setuju ngecamp tapi di pinggir pantai, kayaknya lebih enak gituh."

Samudra hanya diam, semua pendapat mereka membuatnya berpikir keras. Padahal belum ujian tapi sudah berpikir untuk liburan.

"Sam, gimana?" Tanya Reza yang lebih peka. Ia sudah tahu Samudra pasti akan tetap diam dan ikut-ikut saja.

"Ta, gimana?" Tanya Samudra lagi pada Aleta. Niatnya ingin menuruti keinginan Aleta saja.

"Syif, gimana?" Aleta malah bertanya lagi pada Syifa.

"Soy, gimana?"

Samudra yang melihat itu hanya menggeleng pasrah.

"Pantai titik!"

Mungkin Sonya yang lebih peka karena langsung menjawab tanpa bertanya lagi secara estafet. Saling melempar pertanyaan.

Hal yang bodoh, tapi tetap dilakukan. Untung Aleta pacarnya, untung Samudra sayang.

"Gak setuju. Gue pingin camping di tengah hutan titik!"

"Hutan serem Ta, gue gak ikut deh." Balas Syifa.

"Gue juga." Tambah Reza.

"Gue juga." Tambah Sonya lagi.

"Gue juga." Tambah Angga.

"Kok, nggak satu nggak semua?" Tinggal Samudra yang diam saja. "Sam, mau ngecamp sama gue?" Tanya Aleta memastikan.

Samudra menggeleng tersenyum.

Aleta berdecak kesal. "Gue kira mau, lagian diem aja kayak patung pancoran!"

"Lo kayak sales panci, nyerocos terus!" Balas Samudra tak mau kalah.

"Haha haha haha." Aleta tertawa garing.

"Lama-lama gue taro juga lo di panti jompo."

"Sam! Gue kan masih muda!"

"Yaudah nanti kalau udah tua."

"Lama-lama lo harus di bawa ke dokter jiwa."

Sonya, Reza, Angga, dan Syifa hanya melongo melihat adu mulut Aleta dan Samudra yang berlebihan.

"Cabut guys." Sonya bersuara, pergi dari sana terlebih dahulu. Kemudian diikuti oleh Angga, Syifa dan Reza. Meninggalkan Aleta dan Samudra disana.

"Sam, mereka kenapa?"

"Mungkin shock, liat gue seromantis itu sama lo."

"Bangga mas."

"Kalau tanggal merah jadinya ke pantai pokonya lo harus ikut!"

"Iya, asal lo mau gendong gue sampai pantai."

"Oke deh asal lo jangan makan sampai hari pas mau ke pantai."

"Bunuh aja gue Sam!"

♥♡♥

See you the next part

ALETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang