Part 16

7.8K 617 258
                                    


Sehun menyetir mobil dengan sedikit, tidak. Bukan sedikit, tapi dengan hati yang sangat kacau, kalut, bingung, dan hal lainnya yang menyangkut kebimbangan. Sesuatu di dalam dirinya kembali terusik karena sebuah hal yang harusnya...tidak pernah ia campuri atau pedulikan lagi.

Setelah ia pulang dari rumah Yoona. Perasaan itu semakin mengejarnya, dan menuntut sesuatu yang tidak bisa ia berikan. Sebagian hati kecilnya, memang tidak memungkiri, jika ia peduli dan khawatir. Sehun bingung. Teramat bingung.

Ia bahkan mengabaikan panggilan dari calon istrinya sendiri. Bukan tidak berniat mengangkatnya. Hanya saja, ia tidak bisa fokus saat ini.

"Hah..." helaan napas itu terdengar pelan, namun bermakna sejuta kebimbangan.

Ketika lampu merah, mobil Sehun berhenti secara tiba-tiba, saat ia menekan rem mendadak. Kepalanya ia sandarkan pada stir mobil. Matanya terpejam erat, dan telinganya kembali mendengar suara nada panggilan dari ponselnya.

Sehun melirik ponselnya, dan nampak panggilan dari Irene. Sehun tahu, sudah hampir sepuluh kali ponselnya berdering, namun Sehun tidak mengangkatnya. Ia hanya terlalu bingung untuk bicara dengan Irene.

"Maaf, sayang. Mungkin, tidak sekarang," ucapnya setengah berbisik.

Sehun pun yang biasanya pulang ke apartemen Irene, kali ini memilih pulang ke rumah orang tuanya. Ia takut, akan bingung menghadapi Irene. Ia butuh waktu untuk berpikir.

Ya. Berpikir yang jernih.

🖤🖤🖤

Irene menarik napasnya dalam-dalam, sebelum ia memberanikan dirinya untuk menekan bel pintu rumah besar tersebut. Meski keluarga Sehun sudah menerimanya dengan baik, ada kalanya Irene merasa kurang percaya diri jika harus menghadapi keduanya sendiri.

Teng nong

Bel itu berbunyi, dan tanpa menunggu lama, pintu sudah dibukakan oleh seorang pelayan wanita. Irene memamerkan senyumannya, dan menyapa dengan hangat.

"Apa...Sehun di dalam?" tanya Irene sopan.

Pelayan itu mengangguk, kemudian mempersilahkan Irene untuk masuk ke dalam.

"Rumah terlihat sepi, di mana yang lain?" tanya Irene. Karena, sedari tadi, ia tidak melihat Tuan dan Nyonya Oh di rumah besar ini. Harusnya, mereka sarapan bersama.

"Ah, Tuan dan Nyonya serta nona Ha Yeon sedang melakukan liburan bersama ke Hongkong. Tadi, pagi-pagi sekali mereka berangkat. Juga, Tuan Oh sedang ada perjalanan bisnis beberapa hari di sana."

Irene mengangguk paham, "aku langsung ke kamar Sehun?"

Pelayan itu mengangguk dan kemudian, Irene langsung naik ke lantai dua menuju kamar Sehun. Jujur, ia sepertinya belum pernah masuk ke kamar Sehun. Terakhir, ia ingat, Sehun hanya menunjukkan kamarnya saja, namun belum mengajaknya masuk.

Irene pun berhenti di depan sebuah pintu kamar. Ada tertulis 'private room' di depan pintu itu. Irene tersenyum, lalu masuk ke dalam yang kebetulan, pintunya tidak terkunci. Atau memang, Sehun tidak pernah kunci pintu kalau tidur.

Irene mengedarkan pandangannya. Kamar itu gelap. Jendela belum dibuka, lampu belum dinyalakan dan Sehun belum bangun. Lantas, Irene pun membuka tirai jendela, dan menyalakan lampu. Kemudian, dibukanyalah selimut tebal Sehun, hingga wajah tampan pria itu terlihat.

"Hun...?" suara lembut Irene, serta tangan Irene yang mengusap sayang rambut pria itu, membuat Sehun merespon sedikit, meski sejujurnya, ia masih terlelap saat ini.

"Hun bangun..." Irene mengusap lengan Sehun.

Sehun akhirnya membuka matanya perlahan-lahan. Ia melihat wajah Irene di depannya, kemudian tersenyum hangat. Digenggamnya jemari Irene dan dikecupnya beberapa kali. Irene tersenyum, lalu mengusap pipi Sehun.

• Only You | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang