Part 22

6.4K 593 165
                                    

Tidak terasa, kehamilan Irene sudah menyentuh tiga bulan. Meski belum sepenuhnya terlihat, namun setiap perubahan di dalam diri Irene sangat terlihat. Khususnya bagi Sehun yang kini harus terbangun di tengah malam hanya demi membuatkan segelas susu untuk Irene. Memang, pria itu terkadang menggerutu, dan juga moodnya langsung jelek saat menuju kantor. Beberapa karyawannya pun juga ikut menjadi sasaran kemarahannya. Tak pelak, Sehun juga marah-marah tanpa alasan yang jelas. Bahkan, ia hampir memecat pegawainya hanya karena sedikit debu yang ada di kursinya.

Memang Irene bukanlah istri pertamanya, dan menemani istri yang sedang hamil bukanlah pertamakalinya bagi Sehun. Namun entah mengapa, kehamilan Irene terasa sedikit lebih berbeda. Istrinya yang sebelumnya tidak terlalu banyak bicara, sekarang hampir sering berceloteh setiap menitnya. Irene yang sebelumnya tidak suka memerintah, bahkan hampir setiap hari menyuruhnya ini dan itu.

Seperti malam ini, Irene sedang duduk di antara kaki Sehun sambil menikmati salad buahnya, dan keduanya sibuk menikmati momen mereka dengan menonton film romantis. Tangan Sehun yang kokoh mengusap perut Irene yang memang agak berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Sedang bibir ranum pria itu ia gunakan untuk mengecup pelipis Irene beberapa kali.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun Irene belum mengantuk. Terlebih lagi, Sehun memang tidak pernah menolak jika Irene ingin bermanja-manja dengannya di malam hari.

"Hun..."

"Hm?"

"Aku mau bertanya sesuatu padamu..." ucap Irene setelah menyuapkan tomat ke dalam mulutnya.

"Apa?" tanya Sehun penasaran, serta tanganya kini tangannya mengusap rambut istrinya dengan sayang.

Irene terdiam sejenak. Apa tidak akan mengundang kecurigaan Sehun jika ia menanyakan tentang Luhan padanya? Irene sedikit ragu jika menanyakan pria lain pada Sehun. Tapi, sungguh ia memang sangat ingin menanyakan hal ini. Menanyakan bagaimana Luhan dan Sehun bisa menjalin pertemanan.

"Ada apa, Rene?" tanya Sehun lagi.

"Hmm... Tidak jadi," katanya menggeleng. Dan hal itu hanay membuat rasa penasaran Sehun semakin besar saja. Apa yang ingin Irene tanyakan sebenarnya?

"Jangan menyembunyikan sesuatu dariku. Ayolah, katakan apa yang ingin kau tanyakan..." kata Sehun lembut.

"Hmm... Tapi jangan curiga dulu, ya..." ujar Irene mengingatkan lebih dulu.

Sehun pun hanya mengangguk.

Dan kali ini Irene menghela napasnya. "Aku ingin bertanya tentang temanmu yang waktu di pesta Ha Yeon," kata Irene yang sedang menahan rasa gugupnya. Entah kenapa ia seperti sedang mengakui dosanya pada Sehun.

"Teman? Yang mana?"

"E-eoh... Yang sempat berkenalan denganku," kata Irene lagi.

Dan Sehun nampak berusaha mengingat teman siapa yang Irene maksud. Sementara Irene saat ini sedang berharap bahwa Sehun tidak usah mengingatnya saja, karena ia menyesal sudah bertanya hal ini pada suaminya.

"Hmm, ahh! Xi Luhan?" tanya Sehun menerka.

Irene memejamkan matanya karena nyatanya doanya tak terkabulkan sama sekali. Dan dengan terpaksa ia hanya tersenyum tipis serta menganggukkan kepalanya. "Ya," jawab Irene singkat.

"Kenapa dengannya?"

"Ani, aku hanya bertanya. Bagaimana bisa kalian bertemen?" tanya Irene penasaran.

Sehun tersenyum kemudian membenamkan ciumanya di Puncak kepala Irene. Kedua tangan kokohnya sontak memeluk tubuh Irene dengan sayang, dan untuk alasan itulah Irene tersenyum.

• Only You | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang