"Let me fix what i've broken, cause i need you to see, that you're the reason..."
"Kumohon, makan, Rene...." Luhan berusaha menyuapi perempuan itu, namun Irene menolaknya. Sudah beberapa menit yang lalu padahal Luhan memintanya. Namun Irene terus menunjukkan sisi kerasnya dan terus menolak Luhan.
Sudah dua hari Irene menangis hingga matanya bengkak serta kantung matanya menghitam karena ia jarang sekali tidur. Luhan kebingungan menangani Irene. Ia tidak pernah menghadapi suasana hati gadis ini sebelumnya. Dulu jika Irene sedih, Luhan hanya memeluknya saja maka Irene akan kembali tenang. Namun sekarang tidak. Irene jauh berbeda dan bahkan ia menolak Luhan sentuh untuk sekarang. Hatinya masih pedih, dan ia masih begitu sakit. Meski begitu, Luhan juga sadar jika ia tidak boleh langsung masuk ke dalam kehidupan Irene begitu saja.
Ia harus pelan-pelan. Memulainya dari awal agar Irene kembali jatuh hati padanya. Meski ia didorong berkali-kali, maka ia akan datang berkali-kali juga. Luhan benar-benar serius untuk mendapatkan kembali Irene.
"Kau tidak mau makan? Baiklah... Tapi aku ingin bilang sesuatu, Rene..." Luhan mengusap tangan Irene lembut. "Jangan menyiksa dirimu. Kau memiliki bayi di dalam sana. Dan aku yakin, dia tidak ingin ibunya merasa sedih." Luhan berdiri dan mengusap Puncak kepala Irene sayang. "Aku keluar. Jangan lupa makan makananmu."
Akhir Luhan kemudian pergi dari sana meninggalkan Irene di dalam kamar dengan posisi yang masih sama seperti ketika Luhan masuk ke dalam kamar dan menemukan Irene masih duduk menghadap ke jendela dengan wajah sedih dan air mata yang sudah kering.
Irene menghela napasnya, kemudian menatap ke atas nakas di mana makanan dari Luhan tersaji di sana. Ia menatap nanar sebentar, kemudian kembali memandang ke jendela. Air mata yang tersisa di pelupuk matanya pun terjatuh akhirnya. Ia menangis lagi, sambil mengusap perutnya yang buncit. Senyuman miris itu juga kembali tercipta membuat sayatan luka di hatinya kembali terukir. Hatinya masih sakit sama seperti hari di mana ia mendapati Sehun bersama Yoona. Semua masih terngiang-ngiang di kepalanya dan adegan keduanya bak film romantis yang Irene Tonton hingga tidak bisa membuatnya lupa. Terlalu apik mungkin. Irene saja sampai terbawa suasana hingga detik ini.
Sepertinya kejadian itu baru kemarin ia lihat. Dua hari ini bahkan hanya seperti beberapa jam bagi Irene jika mengingat hal menyedihkan itu.
Dan ia kembali meremas dadanya yang sesak. Isakannya perlahan mulai terdengar menyakitkan. Ia menunduk sembari mengepalkan tanganya dengan kuat. Meskipun ia selalu mengucapkan cacian untuk Sehun setiap detiknya agar membuat Irene melupakan pria itu, namun nyatanya Irene masih sulit melupakan Sehun. Semua kenangan mereka yang telah diukir berbulan-bulan, rasanya terlalu besar dan manis untuk ditutupi dengan kesalahan pria itu.
Rasanya Irene tidak mampu. Ia terlalu sakit namun masih mendamba. Ia memang perempuan bodoh. Ya, itu dia. Ia mengakuinya jika ia tidak pernah bisa melupakan Sehun meski ia sangat menginginkannya.
Hal itu juga yang mendasari penundaannya terhadap perceraian mereka. Ya, kemarin Irene meminta Luhan mengurus percerainnya dengan Sehun. Dan meski surat itu sudah di tangannya dan sudah ia tanda tangani, Irene masih belum mampu memberikan surat itu pada Sehun. Seperti ia masih tidak rela dengan keputusannya. Padahal kemarin ia sangat ingin melakukannya. Ia memang lemah dan bodoh.
Ia pun berdiri dan meraih map hijau di atas nakas dan meremasnya kuat. Ya, jika ini memang keputusannya, maka ia harus melakukannya. Tunggu, ataukah ia harus membahasnya dengan Mino? Apa harus? Tapi... Irene begitu tahu sifat Mino. Ia dulu memiliki perkenalan yang buruk dengan Sehun. Jika tahu Sehun sudah berselingkuh seperti ini, maka Mino mungkin akan sangat murka. Begitu juga dengan Luhan. Keduanya tidak pernah akur sejak dulu...
KAMU SEDANG MEMBACA
• Only You | Hunrene ✔
FanfictionCompleted Pernah melihat duda hot dengan satu anak yang sangat lucu? Mari bertemu Sehun dan mendengar kisah cintanya. "Aku mencintaimu. Maukah kau membangun keluarga kecil kita bersama?" -- Sehun. ________ Vange Park © 2017
