Mino menghela napasnya. Nyatanya, melupakan sosok yang sudah ia cintai sejak lama begitu berat. Sangat berat, hingga Mino pikir ia sanggup melakukannya. Melupakan seseorang itu tidak segampang membalikkan telapak tangan. Melupakan seseorang itu, tidak segampang melepaskan salah satu kancing baju. Sangat susah. Bahkan, hingga detik ini, Mino berpikir ia sudah melakukannya, namun sialnya belum. Bayangan Irene masih berada di benaknya. Mengikutinya meski ia mencoba membuka hatinya untuk seseorang yang menarik perhatiannya. Nyatanya, Irene masih menjadi seseorang yang membekas di relung hatinya. Nyatanya, sosok Jisoo belum bisa mengambil seluruh hato Mino untuk berpaut sepenuhnya pada Jisoo.
Padahal, gadis itu terlampau baik. Dia sangat lemah lembut dan mengerti Mino. Ia bersabar dengan menunggu Mino belajar melupakan masa lalunya. Namun Mino merasa ia sangat jahat karena membuat gadisnya menangis hari ini. Rencana mereka untuk makan siang bersama harus gagal, karena Jisoo bilang ia tidak lapar. Ia memilih untuk menghindar dari Mino sementara. Hatinya sedikit sakit mendapati Mino yang sering menginggau nama gadis lain dalam tidurnya.
Mungkin Jisoo bukan yang pertama. Namun biarkanlah Jisoo menjadi yang terakhir. Tahukah, kalian bahwa Cinta terakhir sama spesialnya dengan Cinta pertama? Ya, kedua hal itu sangat spesial karena Cinta terakhir adalah di mana hatimu terkunci rapat-rapat dengan seseorang, dan kau memilih untuk mengikat hubungan itu selamanya. Bukankah Cinta terakhir lebih spesial dari pada Cinta pertama yang belum tentu menjadi Cinta terakhirmu?
Jisoo mungkin bukan yang terbaik, namun biarkanlah Jisoo menjadi yang paling biasa untuk Mino. Kenapa? Karena yang terbaik bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Kita tidak akan menemukan pasangan yang terbaik. Namun pilihlah pasangan yang sepadan denganmu. Jauhkan kata terbaik, karena kau tidak akan menemukannya. Namun jika kau mendahului kata sepadan, maka kau akan menemukannya. Dan jika kau menemukannya, maka tentu saja sepadan itu akan berubah menjadi yang terbaik.
Mino nampak gusar. Jisoo tidak mengangkat ponselnya sedari tadi. Jujur saja, hari ini Mino dan Jisoo shift pagi bersama. Dan saat ini hampir pukul setengah tiga siang. Dan jam dinas Mino serta Jisoo hampir selesai. Namun, selepas ucapan Jisoo pada Mino, gadisnya tak bisa ditemukan di setiap sudut rumah sakit. Mino berpikir, Jisoo pergi. Namun ia tidak tahu ke mana gadisnya berada saat ini.
"Astaga, sayang... Kumohon angkat teleponnya." Mino menghela napas bahkan untuk yang ke berapa kalinya. Sudah hampir sepuluh kali ia menelepon Jisoo, namun gadis itu tak kunjung menerima panggilannya.
Ckiittt!
Mino mengerem mobilnya mendadak, saat melihat Jisoo baru saja memasuki sebuah kafe. Ia segera memundurkan mobil mercedes putihnya dan memarkirkannya dengan baik. Setelahnya, ia turun dari mobil itu, dan masuk ke dalam kafe tersebut. Ia menatap Jisoo yang kini tengah mengantri untuk memesan minum. Mino mendekati gadisnya itu, kemudian menarik tangan Jisoo hingga gadis itu berbalik menatapnya.
"Sayang..."
Jisoo mengerjapkan matanya pada Mino. "Ya?" tanya gadis itu tanpa wajah bersalahnya sudah membuat Mino hampir gila karena mencarinya.
Mino menghela napasnya kemudian mengusap pipi Jisoo. "Aku minta maaf," kata Mino menyesal. "Bisa aku mendapatkan kesempatan?" tanya Mino memohon.
Jisoo menatap Mino dengan sendu. Tangan pria itu memegang pundaknya dengan memasang wajah penuh harap. Entahlah, Jisoo merasa takut jika Mino masih terbayang masa lalunya. Jisoo tidak siap untuk cemburu lagi. Namun masalahnya, ia masih sangat menginginkan Mino untuk berada di sisinya.
Perlahan, Jisoo menurunkan tangan Mino dari pundaknya. Mino pun merasa semakin khawatir jika mungkin Jisoo tidak akan menerima dirinya lagi.
"Jisoo..."
KAMU SEDANG MEMBACA
• Only You | Hunrene ✔
FanfictionCompleted Pernah melihat duda hot dengan satu anak yang sangat lucu? Mari bertemu Sehun dan mendengar kisah cintanya. "Aku mencintaimu. Maukah kau membangun keluarga kecil kita bersama?" -- Sehun. ________ Vange Park © 2017
