Part 29

6.7K 572 196
                                    


Selamat berkata kasar 😅
Italic buat flashback, okesip

⛱⛱⛱

Malam itu, di mana semua berakhir menjadi mimpi buruk dan kepahitan mendalam di dalam hati semua orang. Di mana, langkah yang Sehun ambil membuatnya malam terperosok semakin dalam dan saat ia keluar dari lubang itu, ia kehilangan segalanya. Ia kehilangan rumahnya, ia kehilangan cintanya, dan ia kehilangan perempuan paling berharga dalam hidupnya.

Seribu alasan, bahkan tidak mampu membuatnya kembali. Semua penyesalan yang ia utarakan belum mampu membuat perempuan itu percaya lagi padanya. Dan bahkan, ketika mimpi itu terasa begitu nyata menyentuh hati dan perasaannya, sosok itu memang hanya bunga tidurnya saja.

Semua yang ia rasakan, dan utarakan hanya ada dalam tidur indahnya. Meski ia tahu, bahwa perempuan itu berada di dekatnya dan mengompres keningnya untuk meredakan demam yang semakin menjadi-jadi. Untuk beberapa alasan, Sehun tidak mampu berucap dan hanya bisa diam merasakan sentuhan itu lagi. Sentuhan yanh sudah lama ia rindukan.

"Kau bisa pulang, Rene. Aku baik-baik saja." Sehun menahan tangan Irene untuk kembali mengompresnya.

Rasanya ia akan berhenti berhalusinasi jika Irene tidak di sampingnya. Kenyataan bahwa yang ia rasakan kemarin hanyalah efek demamnya saja, membuat hatinya perih. Seperti luka yang disiram cuka hingga begitu sakit menyayatnya semakin dalam. Sehun rasa ia merasakan hancur berkeping-keping seperti yang Irene rasakan.

Namun entah kenapa, meski Sehun menolaknya, Irene tidak enggan pergi dari sana. Ia merasa tidak ingin membiarkan Sehun berada di dalam situasi seperti ini.

"Hun, aku..."

Belum lagi melanjutkan ucapannya, Irene harus berhenti bicara karena ia langsung membantu Sehun untuk bersandar pada kepala ranjang. Wajah pria itu kelewat pucat dan tubuh berotot Sehun yang selalu Irene banggakan, kini merosot hingga tulang pipinya hampir terlihat. Ia ingin menangis di depan Sehun, namun ia menahannya sekuat tenaga. Ia tidak bisa melakukannya lagi untuk sekarang.

"Kau mau apa ke sini?" tanya Sehun memaksakan senyumannya yang sebenarnya begitu rapuh dan hancur hanya untuk diperlihatkan.

Irene menggigit bibir bawahnya membuat Sehun terbatuk singkat. "Jangan digigit, karena aku tidak bisa menggigitnya sekarang." Sehun berucap dengan gamblangnya di saat wajahnya seperti mayat hidup.

Irene bingung. Ia harus marah atau sedih? Ia begitu sakit melihat Sehun seperti ini.

"A-aku membawa surat perceraian kita." Irene mengeluarkan surat itu dari dalam tasnya dan memberikan itu pada Sehun.

Sehun menatap Irene dengan alis yang terangkat sebelah kemudian membuka lembaran kertas tersebut lalu menaruhnya di atas nakas. "Nanti."

Irene mengepalkan tangannya. Ia harus mengumpulkan semua keberaniannya yang sudah ia tekadkan dua hari lalu. Ayolah, jangan karena kondisi Sehun yang kurang sehat ia harus menjadi perempuan lemah lagi. Tidak-tidak! Irene bukanlah wanita seperti itu sekarang.

Perceraian adalah jalan terbaik yang mereka tempuh.

"Aku mau sekarang, Sehun! Tanda tangani itu dan aku pergi!" sergahnya marah dan Sehun tersenyum memperlihatkan wajahnya yang bahkan tidak terlihat sedang tersenyum sama sekali. Sehun begitu menderita.

• Only You | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang