Part 15

8.2K 620 153
                                        


🇴 🇳 🇱 🇾 🇾 🇴 🇺

"Aku minta ganti rugi! Kau mau membunuh orang dengan menjual roti jamuran, huh?!" teriak seorang pria pada Irene dengan wajah garangnya.

Irene menghela napasnya. Jujur, ia jengan sekali meladeni pria ini. Pasalnya, sudah hampie satu jam mereka berdebat, pria itu selalu bertele-tele. Bahkan, terkadang ia marah pada sesuatu yang tidak jelas.

"Apa kau tidak terlalu berlebihan, Tuan? Dengar. Aku selalu memeriksa rotiku setiap hari. Aku sangat teliti tentang kesehatan dan kebersihan toko rotiku, Tuan!" ucap Irene dengan tegas. Merasa ia tidak ingin kalah debat dengan pria hidung belang ini.

Pikir saja, pria ini marah-marah tidak jelas dan bilang jika roti Irene jamuran. Padahal, Irene yakin jika bercak hitam di roti itu disengaja oleh pria ini. Pasalnya, Irene sudah menghadapi orang semacam ini berkali-kali. Irene bahkan pernah berpikir, untuk menutup toko rotinya karena kejadian seperti ini.

"Aku sudah menawarkan lima roti baru untuk ganti rugi. Aku juga memberikan nomor toko. Kenapa anda masih marah-makah?" tanya Irene dengan sedikit ketus.

"Aku tidak mau nomor toko! Aku mau nomormu! Kau bisa saja lari dari tanggungjawab!"

"Aku..." baru saja Irene hendak menjawab, Irene tersentak saat tangan seseorang memeluk pinggangnya dari samping, dan mengecup pelipisnya dengan sayang..

"Ada apa, Rene?" tanya Sehun lembut.

Pelanggan pria itu terkejut melihat kehadiran Sehun di sana. Wajahnya pun pucat ketika Sehun sesekali menatap ke arahnya. Sungguh, wajah Sehun itu seperti malaikat pencabut nyawa yang siap memutuskannya nyawanya saat ini.

"Pria itu ingin menuntutku karena dia bilang, aku menjual roti jamuran. Aku sudah bilang akan ganti rugi. Aku juga bilang akan mengembalikan uang dan memberikan limat roti baru. Aku juga sudah memberikan nomor toko roti. Tapi, dia terus marah-marah dan meminta nomorku." Irene menatap pria itu dengan kesal. Dan sukses sudah, wajah sang pria pucat pasi ketika Sehun menatapnya dengan tajam.

Setajam silet.

"Kau tahu, Tuan, aku sangat tidak suka seseorang meminta nomor kekasihku. Apalagi, ketika aku mengetahui ada yang membentaknya." Sehun tersenyum tipis, lalu melirik roti di atas meja itu.

"Kau bilang ini jamuran?" Sehun mengambil roti itu dan tanpa aba-aba, Sehun menggigit roti tersebut tanpa dosa. Sehun mengunyah dengan sangat santai seperti tidak takut akan apa pun.

Irene melebarkan matanya beserta seluruh pengunjung toko. Dan, pelanggan pria itu semakin pucat rasanya. Kakinya gemetar dan tubuhnya lemas.

"Sayang, kenapa di makan?" tanya Irene khawatir.

Sehun pun menatap kembali pria itu sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana, "aku harap. Kau tidak beli roti di sini. Karena, roti di sini jamuran dan tidak sehat. Jika sampai aku melihatmu di sini lagi, aku jamin kau benar-benar akan masuk rumah sakit karena makan roti jamuran. Paham, tuan?"

Sehun menghela napas setelah pria itu mengangguk takut dan pergi dari sana. Tanpa diketahui, semua orang di sana langsung bertepuk tangan melihat aksi Sehun yang sangat keren itu.

"Kau baik-baik saja, Hun?" tanya Irene khawatir sambil menangkup pipi prianya.

"Aku baik, sayang. Lagi pula, itu hanya modus saja untuk mendapatkan nomormu."

"Aku tahu, tapi aku tetap khawatir, tahu. Lain kali jangan dimakan," kata Irene dan Sehun mengangguk tersenyum.

"Ayo, pergi," ucap Sehun sambil memeluk pinggang Irene. Percayalah, Sehun selalu ingin menunjukkan pada orang-orang bahwa Irene adalah kekasihnya.

• Only You | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang