Part 8

8.4K 643 128
                                    


Sehun mengusap rambut gadis yang saat ini sedang tidur di pelukannya. Entah kenapa ia tidak pernah bosan menatap wajah Irene ketika tidur. Menurutnya, Irene akan semakin cantik ketika tidur. Wajahnya sangat damai ketika terlelap seperti itu. Sehun benar-benar menganggumi karya Tuhan ini.

"Eungh..." lenguh Irene kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya hingga berakhir melihat jam di atas nakas. Ia menghela napasnya saat mengetahui sudah pukul 7 pagi. Ia ingat ini hari minggu dan tokonya tutup di hari minggu dan karena itu, ia bisa sedikit bermalas-malasan sekarang.

"Kau masih mengantuk? Tidur saja lagi." Ucap Sehun sambil mengeratkan pelukannya membuat Irene lebih menempel pada dada bidangnya. Irene menggeleng namun matanya masih terpejam.

"Kau tidak mau pulang? Ha Yeon pasti mencarimu." Kata Irene dengan suara seraknya.

"Kau mengusirku?"

"Tidak. Hanya saja, ah, sudah lupakan." Kata Irene mendesah pelan seperti ia malas untuk memulai perdebatan dengan Sehun pagi ini. Semalam ia sudah terlalu kesal karena gagal mempertahankan pendiriannya untuk tetap marah pada Sehun.

"Kau masih marah padaku?" tanya Sehun sambil mengusap punggung Irene dan gadis itu hanya diam saja. Sehun yang tidak mendapat respon menghela napasnya lalu mengangkat tubuhnya sedikit untuk bisa melihat wajah Irene.

"Sayang?"

"Hmm?"

"Kau masih marah?" Irene menggeleng lesuh tanpa menatap Sehun dan lebih memilih mengeratkan selimut pada tubuhnya. Sehun tersenyum kemudian mencium kening Irene lembut dan dirasanya jika gadis itu mengusap dada bidang Sehun lembut, menandakan jika ia memang sudah melupakan hal itu.

Ciuman Sehun pun turun pada leher Irene yang semalam sudah ia nikmati dengan begitu puas. Bahkan tanda-tanda kepemilikan masih berbekas di sana. Namun Sehun tidak peduli karena Irene sudah membuatnya kembali bergairah sekarang. Irene juga tidak menolak dan menerima setiap Sentuhan Sehun di tubuhnya.

Irene memejamkan matanya saat tangan Sehun mulai membuka piyama berwarna birunya tanpa melepaskan ciuman mereka. Sehun menyusuri tulang selangkanya hingga terus turun pada bagian dadanya. Irene sontak meremas sprei dengan kepala mendongak.

"Ah..." desah gadis itu saat dirasanya ia tidak bisa menahan lebih lama hasrat yang ingin keluar. Sungguh, mereka menginginkan satu sama lain namun Sehun selalu mengingat jika Irene menyuruh mereka untuk sabar dan tidak berbuat lebih jauh.

Sehun menghentikan kegiatannya sebentar lalu menatap Irene yang sekarang tengah merona di hadapannya. Bibir seksinya dan rambut yang acak-acakan. Ah, gadis ini selalu menganggumkan untuk Sehun pandangi tanpa bosan.

Irene menghela napasnya kemudian menarik kepala Sehun untuk berciuman dengannya. Sehun tersenyum di sela ciuman mereka. Bahkan tangan pria itu kembali meremas dada Irene yang masih berlapis bra. Beberapa kali Irene menggeliat geli namun Sehun tidak peduli.

"Ayo menikah, Rene." Kata Sehun tiba-tiba saat mereka melepaskan ciuman itu.

"Hmm?" Irene menaikkan alisnya sedikit terkesiap dengan perkataan tiba-tiba Sehun. Memang bukan yang pertama namun tetap saja ia akan selalu terkejut jika Sehun mengajaknya menikah secepat ini. Memang, Irene sangat mencintai Sehun dan begitu juga sebaliknya. Namun, Irene seperti belum siap untuk membina sebuah rumah tangga. Entah kenapa. Apalagi, ia merasa hubungannya dengan Sehun masih terbilang singkat. Masih membutuhkan waktu untuk saling mengenal lebih lagi dan Irene tidak mau mengambil resiko tentang pernikahan.

"Sayang, aku serius." Ucap Sehun dengan wajah penuh keyakinannya. Irene menggigit bibir bawahnya dengan tangan yang masih melingkar di leher Sehun, "Maaf." Ucapnya menyesal membuat Sehun sedikit kecewa mendengarnya. Lagi-lagi gadisnya menolak keinginannya.

• Only You | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang