06 Rahasia Publik

14.1K 1.5K 108
                                    


🌟

HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT

Chapter 06 Rahasia Publik

🌟


Nomor antrian 365.

Sengaja aku datang tepat pukul 7 pagi untuk mengantri daftar ulang semester genap, rupanya aku datang kurang pagi. Saat ini baru antrian nomor 5 yang dilayani. Satu nomor memakan waktu sekitar 3 menit, dan ada 5 stand yang melayani bersamaan. Artinya, nomor antrian 365 akan dilayani sekitar 4 jam lagi. Itupun kalau lancar, karena menurut para senior, biasanya ada saja mahasiswa ndableg yang berkasnya belum lengkap, tapi ngotot ingin daftar ulang.

Enggan menunggu di stand, aku bergegas ke cafetaria perpus mencari sarapan. Kuhindari cafetaria Fakultas Kedokteran untuk sementara dengan alasan ganjil; aku hanya ingin menjauh. Firasat tidak nyaman menggelayutiku.

Setelah memesan semangkuk bakso dan mengambil sebotol teh dingin, aku duduk di salah satu meja kosong. Sebenarnya semua meja kosong karena ini bukan hari aktif perkuliahan, dan pukul setengah 8 terbilang masih cukup pagi. Aku mengintip ponsel yang tadi bergetar saat aku memesan bakso.

Fathir
Mel, dmn?

Aku mengurut pelipis. Sejak pulang dari Jatim Park 2 seminggu yang lalu, inilah pesan pertama Fathir. Saskia dan Disya juga tidak menyapaku sama sekali... ah, aku sendiri tak paham mengapa masih memikirkan ucapan mereka.

Abaikan mereka, Melati.

Pelajaran pertama yang kupetik dari musibah ini: tutup mata, tutup telinga, tutup hati. Jangan melihat, jangan mendengar, jangan merasa. Orang datang dan pergi, tidak ada yang menetap abadi. Jika dipandang hina di mata satu fakultas adalah ketetapan untukku, maka jadilah.

Tuhan sedang menggoreskan takdir lain untukku. Akan datang seseorang yang murni mencintaiku, sebentar lagi. Lima bulan lagi. Aku hanya perlu bersabar, karena dia akan mencintaiku sebagaimana aku mencintainya.

Dia akan memanggilku 'Mama'.

Dia akan banyak merepotkanku, namun aku percaya, dia tidak akan mengkhianatiku seperti mereka. Dia milikku, dan akan kudedikasikan setiap hela napasku untuk menjadi miliknya. Jalan yang kulalui sudah benar, tak mengapa harus menapaki bara yang kasar dan membakar.

Ada yang menendang rahimku, mencoba mengisyaratkan hiburan. Aku tidak bisa tidak tersenyum. Kubelai titik sumber denyut itu.

"Halo, Calon Mama."

Aku berjengit, kemudian menengadah untuk menemukan Fathir yang sudah duduk di hadapanku, bertopang dagu serta senyum ringan seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kenapa WA-ku cuma di read?" tanyanya, selagi melepas tas selempang. "Nggak sopan, Mel."

Yang bisa kukataan hanya, "Maaf," sambil memandang nanar. Aku tak menyangka dia masih seperti biasa, tersenyum maklum dan mengacak poniku.

"Aku dan yang lain udah dengar semuanya dari Saskia dan Disya," ujarnya, menghambat napasku. "Tapi aku mau dengar dari kamu sendiri. Aku nggak percaya kalau bukan kamu yang bilang."

"Kamu boleh percaya dengan mereka."

"Bahwa kamu cabe dusun yang mulus di luar, busuk di dalam, yang menggadaikan kecantikan demi popularitas dan nilai kuliah? Bisa tidur dengan laki-laki manapun yang kamu mau, begitu, Mel?"

Aku sudah mendengar itu seminggu yang lalu. Dan sekarang ketika kudengar lagi, air mata jatuh bahkan sebelum sempat menggenang.

"Ini ada hubungannya sama laki-laki bertopeng yang kamu cari setelah hangover dari pesta Disya?" Tiba-tiba nada Fathir naik satu oktaf. "Dia pelakunya?"

Hangover #1 [Repost Non-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang