32 Yang Lebih Membutuhkan

9.4K 1K 117
                                    

🌟

HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT

Chapter 32 Yang Lebih Membutuhkan

🌟

Tiga hari sudah aku tinggal bersama Elia dan tiga lelaki. Sejauh ini dokter McFord dan Garda benar-benar perang dingin: tidak bicara satu sama lain. Sebuah hadits sahih mengatakan 'Bicara yang baik atau diam'. Mungkin mereka sedang mengamalkan itu.

Jadi sepanjang hari atmosfer diisi dengan celoteh Elia atau tawa Bumi. Untungnya Elia cerewet. Untungnya Bumi lucu. Coba kalau mereka berdua cenderung diam seperti aku, bisa-bisa suara jangkrik yang menemani kami 3 hari ini.

Tiga hari ini pula aku absen dari mencuci dan setrika baju. Aku tidak tahu harus berterima kasih atau marah: setiap pulang kuliah, sudah ada tumpukan baju bersih rapi di kamarku. Pakaianku dan Bumi. Aku tinggal memasukkannya saja di lemari. Tapi dia melakukannya TANPA SEIZINKU.

Hari pertama dia melakukan itu, aku langsung berkata dia tidak perlu mencuci seperti itu untukku. Tetapi dia bersikeras.

"Nggak papa, Mpus. Aku bosen juga lah seharian diem aja di rumah. Apa salahnya aku bantu kamu dikit? Lagian aku gak enak udah utang banyak sama kamu: gocar dan sempak."

Iya, jadi dia order celana dalam laki-laki via Go-shop. Kalau order atas nama dia sendiri sih okelah ya. INI ORDERNYA PAKE AKUNKU, BGSD. ATAS NAMA MELATI. Driver Go-shopnya auto kepo sewaktu aku menerima barang, dia bertanya, "Buat hadiah pacar ya, Mbak?"

Kalau baju biasa, memang dokter McFord meminjamkan. Tapi celana dalam nggak mungkin dipinjamkan, kan? Tapi lagiii… order celana dalam pakai akunku, dengan alasan supaya tidak terlacak oleh 'mereka' itu... kan telek. Garda telek.

Berhubung hasil cuci-setrika Garda benar-benar licin, aku tidak sampai hati memarahinya. Lipatannya begitu lurus, warnany kinclong, belum lagi wangi bunganya. Aku curiga selain magician dan pemilik cafe, Garda juga kulakan pewangi laundry.

Aku meletakkan Bumi di ranjang, berpagar guling di kanan-kirinya. Sore setelah dimandikan Mbak Sari, setelah aku pulang kuliah dan menyusui, adalah jamnya Bumi untuk tidur. Gimana nggak tidur, badan segar, perut kenyang, otomatis mata langsung berat. Aku mengecup kening lembutnya.

Selamat tidur, jagoan Mama.

Di luar kamar, Mbak Sari sedang bersiap pulang karena sudah jam 4.

"Bumi tidur, Mbak?" tanyanya sambil mengenakan jaket jins.

"Pingsan, Mbak," jawabku, dan Mbak Sari terkekeh pelan. "Gar… Ito mana, Mbak?"

"Kayaknya masih tidur, Mbak. Capek mungkin seharian bersih-bersih rumah dia."

Mulutku menganga. "Bersih-bersih gimana, Mbak?"

"Yaa bersih-bersih. Yo nyapu, ngepel, ngelapin jendela, ngosek jeding pisan…" Habuset, nyikat kamar mandi juga dia? Mbak Sari menggeleng heran. "Gak nyangka saya itu Mas Ito pesulap manis yang di tipi. Kemaren saya nggak ngenalin soalnya nggak ada janggutnya, Mbak. Ya sudah, Mbak, saya pamit dulu."

Setelah berterima kasih, aku mengantar Mbak Sari sampai depan pintu. Lantas kakiku melangkah ke dapur, mencari apapun yang bisa dimakan. Lapar sekali rasanya setelah menyusui bayi gentong itu. Serasa bobot badanku anjlok setengah.

Waktu kubuka tutup panci di atas meja, masih ada sup jagung buatan dokter McFord tadi pagi kira-kira satu porsi. Padahal sengaja disisakan dua porsi untuk Mbak Sari dan Garda. Salah satunya pasti belum makan siang.

Hangover #1 [Repost Non-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang