31 Tiga Lelaki Asing

9.2K 1K 103
                                    

🌟

HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT

Chapter 31 Tiga Lelaki Asing

🌟

+62812xxx
Mpus, sudah pulang?

Pesan dari nomor tak dikenal itu belum kubuka secara resmi, hanya mengintai dari notification bar. Siapa lagi yang memanggilku 'Mpus' kalau bukan orang itu.

Lagipula, apa-apaan dia menghubungiku dengan nomor lain tanpa ultimatum sebelumnya? Tanpa salam, apalagi memperkenalkan diri.

Kalau tidak kubalas dengan alasan aku benci dihubungi nomor asing karena takut penipuan, cukup masuk akal kan?

+62812xxx
ini Garda
aku ganti nomor dan hp
i need ur help, please?

Aish! Baiklah. Kali ini saja. Aku memang lemah jika ada yang membutuhkanku. Salahkan aku.

Mel
knp?

+62812xxx
aku kesana

Bola mataku berputar muak. Tiba-tiba kurasakan urgensi untuk mengungsi ke masjid raya perumahan.

Mel
jangan skrg, Elia pulang malam

Setelahnya, tanpa pikir panjang kuaktifkan mode penerbangan.

***

Kata orang, hidup itu bagai koin yang punya dua sisi berlawanan. Kalau ada siang, pasti ada malam. Kalau ada benci, pasti ada sayang. Kalau ada malang, pasti ada mujur. Kalau ada pulang, pasti ada datang.

Yang pulang adalah Mbak Sari, sedangkan yang datang adalah Garda. Habis sudah semua kosakataku untuk mengungkapkan kebebalan lelaki ini. Tetapi sisi putih hatiku masih saja mengizinkannya muncul di rumah ini.

Tepat setelah sepeda motor Mbak Sari meninggalkan halaman parkir, sebuah Avanza menepi. Rambut keunguannya menyembul dari pintu, dia menghampiriku yang membatu, belum masuk rumah. Mulutnya segera terbuka mengatakan salam.

"Pinjem tiga puluh ribu dong?"

"HAH?" Apa katanya barusan??

"Aku nggak bawa cash. Gocarnya belom dibayar. Plis, pasti aku ganti."

Oke, aku keliru.

Garda bukan tipikal yang akan mengucap salam kecuali di atas panggung. Tapi pinjem duit cuma buat bayar ojol? Sama mahasiswi yang ongkos ke toilet umumnya pun masih ditanggung oleh kedua orang tua?

Ini beneran Master Incognito yang minimal sebulan sekali nongol di panggung lintas negara itu?

Matanya yang hanya satu, memohon pertolongan tanpa merendahkan prestise diri. Aku tidak mendapati celah kebohongan dari sorotnya, maka kubayarkan tiga puluh ribu kepada si driver. Kasihan juga kalau si driver kelamaan menunggu setoran.

Sepeninggal Avanza, kami terdiam di halaman. Ada fitur yang hilang dari wajahnya.

"Janggut kamu kemana?"

"Oh," Garda mengusap dagu halusnya. "Lagi nyawer di prapatan."

Aku mendelik. "Hish. Serius!" Sebab yang kutahu, janggut itu adalah salah satu kebanggaan terbesarnya yang dilirik banyak perempuan.

"Udah dicukur lah. Liat baek-baek dong, Mpus. Tinggal seberangan ama dokter mata gak menjamin mata kamu sehat ya?"

"Ya tapi kenapa??"

Hangover #1 [Repost Non-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang