🌟
HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT
Un-infertile
🌟
Orang tuaku adalah bajingan keparat sejak mulanya.
Aku terhuyung, bersimpuh lunglai di depan sepasang pantofel arogan Ayah. Mataku menutup. Menikmati setiap denyut sesak hasil tamparan yang sudah biasa menjamah wajah.
"LU GUGAT CERAI?! APA GUNANYA GUE BESARKAN ANAK MACAM ELU, TOLOL?! LEBIH BAIK DULU GUE ADOPSI ANAK ANJING DARIPADA ANAK MANUSIA IMPOTEN!"
Ayah selalu mengungkit statusku sebagai anak angkat yang tidak tahu diuntung.
"LU YANG MANDUL, LU JUGA YANG MENGGUGAT CERAI FREYA?"
Hah! HAHA.
Andai Ayah tahu, kalajengking betina itu yang setengah mati ingin aku menggugatnya. Frey tidak mau menggugatku, karena tidak ingin nama cantiknya tercemar. Sayang, telinga peka musisi sekelas Iskandar Harjudian Sinatra terlalu angkuh untuk menerima klarifikasi anak pungut kotor seperti aku.
Terdengar suara kertas dirobek kasar, dan dilemparkan begitu saja menghujani kepalaku. Surat gugatan cerai itu.
Kepalaku disurung menggebrak lantai.
"Batalkan. Congor lancang lu berani nolak nerusin bisnis keluarga itu sudah bikin gue malu!"
Bisnis dengan raksasa kartel narkotika Meksiko maksudmu, Yah? Bisnis hitam dengan aset tujuh generasi yang dibebankan padaku karena aku bukan anak kandung?
Pantofel menghantam pelipis. Kepalaku tertahan di keramik. Telingaku berdenging melengking. Aku memejam, terhirup aroma karet dari sol berserat itu.
"Kalo lu mandul seharusnya elu berobat! Operasi! Lu cari dokter terbaik di muka bumi! Bukan menceraikan Freya! Lu banggain sihir-sihir itu?! SAMPAH! ELU DAN ILMU HITAM SAMPAH YANG NGGAK BISA MENGHASILKAN ANAK ITU SUDAH MELEMPAR TAI KE MUKA GUE SEBAGAI WALI LU! PAHAM LU, NJING?!"
Senyum bayi itu menghias indah di benakku.
Yah, aku sudah punya anak. Dia laki-laki. Namanya Bumi, walau dia dari rahim yang salah.
Gemeratak terdengar dari celah tempurungku karena sol pantofel menggesek brutal, seolah rambutku adalah keset. Napas keras tembakau Ayah menyapu cuping telingaku ketika dia berdesis.
"Lu cabut gugatan itu. Lu tau persis apa yang mampu gue lakukan ama kepala lu!"
Semua berakhir setelah Ayah meludah kental di lantai beberapa senti di depan hidungku.
Aku tetap tersungkur sampai kudengar suara pintu ditutup pelan. Bukan Ayah, bodyguard-nya yang menutup pintu rumahku.
Aku memungut sisa-sisa kekuatan untuk merambati sofa, berbaring dan meletakkan kepalaku di armrest. Aku memijati pelipis yang masih berkedut hebat, seperti biasa setelah Ayah meluapkan semua serapahnya. Tanganku terulur meraba nakas, mengambil ponsel, membuka gallery.
Membuka satu folder khusus yang diproteksi fingerprint, berisi foto Melati dan Bumi. Rasa sakit di kepala, tidak sebanding dengan bahagianya aku hanya dengan memandangi gambar digital mereka. Aku tersenyum.
Aku tidak infertil seperti vonis puluhan dokter spesialis idiot itu.
Aku bisa punya anak dari seseorang.
Akan kudapatkan mereka. Anakku, dan ibunya.
⭐
Istrinya Garda sudah pernah muncul ya. Hohoho. Lupa bab berapa.
Jadi udah tau kan sekarang (1) kenapa Garda segitunya ngejar Melati, dan (2) kenapa dia nggak bisa ngasih tau Melati. Nah dua poin ini aku kasih buat bekal Hangover #2.
FYI, Hangover #2 ceritanya nggak semanis Hangover #1. Cenderung angst. Kalau cuma mau ending yang happy, turun di sini aja, gausah lanjut perjalanan.
Kalau masih kuat lihat Mel aku siksa sampai sekarat lahir-batin, baca Hangover #2.
Untuk terakhir kali,
⚠️ kalau nggak kuat cerita angst ⚠️
⚠️ jangan baca Hangover #2 ⚠️
Tapi biasanya netijen makin dilarang makin penasaran. Kebiasaan 😂
Hangover #1 berakhir di sini.
Malang, 22 Juni 2018
Love you to the moon and back, MeLuk 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangover #1 [Repost Non-Revisi]
RomanceREPOST TANPA REVISI ⚠️ Rᴀᴛᴇ M (17+) ⚠️ Mᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ᴅᴇᴘʀᴇsɪ, ᴋᴇᴋᴇʀᴀsᴀɴ, ᴋᴀᴛᴀ-ᴋᴀᴛᴀ ᴋᴀsᴀʀ, ᴋᴏɴᴛᴇɴ sᴇᴋs ɪᴍᴘʟɪsɪᴛ. Pɪʟɪʜʟᴀʜ ʙᴀᴄᴀᴀɴ sᴇsᴜᴀɪ ᴜsɪᴀ. ***** • Hangover #1 (the Hazardous Night) • Melati Pusparana tidak menampik bahwa cantik dapat berbuah konflik...