35 Mencegah Jatuh

8.7K 936 59
                                    

🌟

HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT

Chapter 35 Mencegah Jatuh

🌟

Firasatku Jumat minggu lalu benar: aku akan remedial post test.

Sejak melihat soalnya, aku langsung tahu hanya bisa menjawab 10 dari 20 soal. Dan kenyataannya dokter Mandala mengoreksi sangat teliti. Nilaiku 55 sedangkan standar lulusnya 75. Untuk pertama kalinya dalam sejarah masa preklinik, aku remedi.

"Tumben kamu baek sama aku, Mel, mau nemenin remed."

Alisku naik sebelah mendengar ujaran Fathir. "Emang kapan aku jahatin kamu?"

"Sejak kamu lebih milih dosen PA kita daripada aku… Pagi, Dok."

Aku berjengit dan sontak merapat ke Fathir saat dokter Mandala memasuki lift yang sama dengan kami. Pria itu tersenyum formal untuk kami, membalas sapaan Fathir. Aku ikut tersenyum getir dirundung waswas. Semoga dokter Mandala tidak hapal aku, tidak hapal siapa dosen PA-ku, dan tidak pernah dengar selentingan aneh tentang seorang dosen PA dan mahasiswi asuhannya.

Fathir kampret. Sekali-kali mulut para cowok Sora Aoi perlu dicium pampersnya Bumi yang penuh tahi fresh from the pantat.

"Sudah siap remed?"

Aku dan Fathir berpandangan. Sepertinya dokter Mandala sudah hapal kami, sampai tahu kalau kami peserta remedial pagi ini.

"InsyaAllah, Dok," jawabku sekadarnya.

"Asal jangan susah-susah lagi, Dok." Fathir menawar sambil nyengir.

"Kapan saya pernah ngasih soal susah?"

Aku dan Fathir bungkam. Ya kalo nggak sesusah itu nggak mungkin dong kami remed?

"Nggak sih, Dok. Sedikit menjebak, menurut saya." Mengingat Fathir mendapat 70, nyaris satu soal lagi dia bisa lulus, sepertinya dia masuk jebakan dokter Mandala.

"Soal remed kurang lebih yang kemarin, cuma beda skenario." Lelaki kepala empat itu membenahi letak kacamatanya. Lah, beda skenario itu sudah termasuk beda jauh, Dok. "Anak kamu sudah sembuh? Katanya Jumat minggu lalu demam?"

Lha… kok?

Barusan pertanyaan dokter Mandala untuk aku 'kan? Fathir belum punya anak 'kan?

"Alhamdulillah sudah, Dok," jawabku bingung. "Maaf, tapi Dokter tahu dari mana anak saya kemarin sakit?"

"Ada yang minta ke saya supaya kamu diizinin post test susulan Jumat kemarin karena nggak bisa tidur semaleman anaknya sakit. Saya bilang kalau itu bukan urusan saya sih. Dan sekarang orangnya ngacungin jari tengah setiap papasan sama saya."

ANJI—

"Astagfirullah!"

Ya Allah ya rahman ya rahim ya malik. Ya kudus ya salam ya mukmin ya muhaimin. Kalem Melati, kalem!

Aku memejam keras setelah mendelik tiga detik. "Dia gitu? Maaf… maksud saya dokter McFord begitu sama Dokter?"

Dokter Mandala tertawa dan mengangguk. "Nggak papa. Saya juga pernah muda kok."

"Dok, demi Allah…" Buku-buku jemariku boleh geregetan meremas modul yang kupeluk. Tapi di depan kajur (Ketua Jurusan) Pendidikan Dokter ini perangaiku harus tetap tenang. "Saya nggak pernah meminta tolong sama doktervMcFord untuk izin ke Dokter. Seandainya saya butuh izin, saya akan izin sendiri ke Dokter tanpa perantara siapapun. Sekali lagi saya minta maaf. Saya benar-benar nggak tahu, dan nggak mengerti kenapa dokter McFord sampai mengacungkan jari tengah—"

Hangover #1 [Repost Non-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang