🌟
HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT
Chapter 39 Ketika Bayi Memilih
🌟
Kebiasaan Bumi mengulum teether dan tangan sudah tiba di puncaknya. Dari laporan Mbak Sari, selama kutinggal kuliah 8 jam lebih, Mbak Sari mengganti baju Bumi sampai 5 kali. Bukan karena ompol tapi liur yang bocor.
Hal itu wajar mengingat Bumi sendiri sudah berusia 5 bulan, dan kurang dari sebulan lagi dia memasuki masa MPASI (Makanan Pendamping ASI). Parahnya, karena kesibukan kuliah, aku belum sempat memelajari apapun soal itu.
Berhubung aku sedang tidak sholat, waktu istirahat kumanfaatkan sebaik-baiknya untuk pumping, makan siang bekal dari rumah, setelah itu browsing tentang panduan MPASI WHO. Setelah membaca keseluruhan artikel berbahasa Inggris itu, aku menganga. Dengan napas tersekat.
It's not going to be easy.
Hmm, oke. Kuhembuskan udara kembali. Tenang, Melati. Jelas menjadi ibu tidak pernah mudah, apalagi single mother. Menjadi ibu tidak hanya berkorban fisik hamil-melahirkan, lebih dari itu, ini adalah permainan mental. Bagaimana seorang perempuan dapat bersabar ketika setiap detik disuguhi sederet tuntutan mengasihi malaikat kecil, sejak membuka hingga menutup mata. Itulah mengapa hadits mengatakan surga ada di bawah telapak kaki ibu.
Untuk mengembalikan semangat, aku menenggak separuh Milo hangat di meja, kemudian menepuk-nepuk pipi.
"Aku. Harus. Bisa!" Siapa lagi yang Bumi punya kalau bukan Mamanya.
Setelah sekian menit kuhabiskan untuk tulis-coret di atas binder, aku bertopang dagu lagi, menimbang poin yang paling esensial: menu. Dua minggu pertama sejak berusia 6 bulan adalah masa percobaan MPASI. Makanannya berupa menu tunggal, dengan frekuensi sehari 2x pagi-sore.
Menu tunggal adalah menu satu bahan yang dihaluskan. Karena ini masa percobaan, disarankan memberi menu yang bervariasi untuk mengenalkan macam-macam rasa dan memahami selera anak.
Makanan yang mengandung serat, bagi orang dewasa memang bagus untuk pencernaan. Tapi sebaliknya, terlalu banyak serat rawan konstipasi bagi bayi. Jadi aku menyusun menu selama 2 minggu dengan hati-hati, memerhatikan setiap detilnya, supaya dalam sehari Bumi tidak makan serat 2 kali. Harus berseling dengan karbohidrat, protein, dan kacang-kacangan.
Pensilku menggores di atas kertas binder, mengisi tabel menu tunggal. Sedangkan batinku mengucap sebait doa dan harap.
Semoga Bumi suka.
Semoga Bumi lahap.
Semoga Bumi sehat.
Semoga aku selalu mampu memberi yang terbaik untuk Bumi.
Tabel menu tunggal 2 minggu telah penuh dengan tulis-coret sana-sini. Nanti kuperbaiki di laptop, lalu di print untuk Mbak Sari. Aku tersenyum puas melihat tulisanku.
"Uuhhh…"
Aku mengangkat tangan setinggi-tingginya, meregangkan otot-otot yang kaku karena membungkuk sejak tadi. Mataku mengerjap cepat, menetralkan suhu yang naik karena terlalu lama menatap PDF di ponsel. Masih ada 15 menit sebelum praktikum histologi dimulai. Aku meluruskan badan dan kaki di sofa, mumpung yang punya ruang tidak ada di sini.
Sampai akhirnya yang punya ruang ujug-ujug datang dengan setangkup berkas. Kakinya melangkah secepat prajurit siaga satu dan menghempaskan diri di kursi putar-hitam meja kerjanya. Aku melompat dari tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangover #1 [Repost Non-Revisi]
RomanceREPOST TANPA REVISI ⚠️ Rᴀᴛᴇ M (17+) ⚠️ Mᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ᴅᴇᴘʀᴇsɪ, ᴋᴇᴋᴇʀᴀsᴀɴ, ᴋᴀᴛᴀ-ᴋᴀᴛᴀ ᴋᴀsᴀʀ, ᴋᴏɴᴛᴇɴ sᴇᴋs ɪᴍᴘʟɪsɪᴛ. Pɪʟɪʜʟᴀʜ ʙᴀᴄᴀᴀɴ sᴇsᴜᴀɪ ᴜsɪᴀ. ***** • Hangover #1 (the Hazardous Night) • Melati Pusparana tidak menampik bahwa cantik dapat berbuah konflik...