23 Mom

11.3K 1.2K 62
                                    

🌟

HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT

Chapter 23 Mom

🌟


Begitu lumpuhnya aku hingga mengangkat pelupuk saja kesulitan. Ada desak repetitif di bawah, bukan desak ke luar, melainkan ke dalam. Tubuhku berguncang menerima serangan bertubi-tubi yang sangat masif. Kesadaran jiwa masih milikku, namun fisikku dikuasai sepenuhnya.

Oleh siapa?

Tidak tahu.

Kupusatkan energi ke otot pelupuk mata. Mataku terbuka sekilas kemudian menutup lagi. Hanya terjadi sekali, setelah itu tidak lagi. Hanya sekejap, berselimut kabut, tetapi kudapati siluet yang aneh.

Ada seseorang di atas tubuhku.

Orang itulah yang menggempurku di bawah, memasukiku tanpa permisi. Tanpa belas kasih, semakin ganas, dan puncaknya, dia meledakkan bom di dalamku. Bom berupa injeksi cairan yang hangatnya segera menjari ke sekujur tubuhku. Tulangku hampir remuk direngkuh orang ini. Kulit basahnya beradu licin dengan kulitku, tanpa dibatasi apapun. Napasnya memburu hebat, seolah telah berolahraga berat.

Aku dibombardir tanpa tahu apa, siapa, mengapa, bagaimana, di mana.

Aku menerima semuanya tanpa secuilpun dapat melawan.

Aroma jasmine tubuhku berbaur dengan citrus dan memenuhi rongga dadaku. Telah reda serangan di bawah, telah mengendur peluknya, namun belum berakhir di sini. Aku masih menerima panas dari dadanya.

Daun telingaku mendapat gigit serta bisik lembut.

"You're bleeding. Ini pertama kalimu?"

Pertama kaliku apa?

Sesuatu yang lembut mengunci bibirku rapat. Hembus napas kami saling menggelitik, semakin intens kami beradu, memicu percik listrik di seluruh arteriku. Setelah satu gigitan di bibir bawahku, dia berbisik lagi.

"Lucunya, sehancur dan serusak ini, kamu masih cantik sekali."

Aku hancur dan rusak kenapa?

"Kamu nggak akan hamil. Relax, just enjoy it."

Sakit tapi nikmat, ini memang kontradiksi. Tapi hamil? Apa yang dia perbuat pada tubuhku sehingga dia berpikir aku akan hamil?

***

Ada banyak kejadian yang harus kucerna bersamaan ketika membuka mata. Dadaku yang bergemuruh, naik-turun tidak karuan, mulut terbuka demi sehirup oksigen yang mendadak langka. Kerongkongan yang gersang dan retak. Saraf sepasang tangan dan kakiku mati rasa. Yang lebih buruk, seluruh organ perutku runtuh, meluruh bersih dari rongganya, tersisa hanya tulang-belulang yang telah remuk dipatahkan bersamaan.

Kemudian, bayang samar wajah Elia dan Sandra, mereka mengatakan sesuatu. Pipiku ditepuk berkali-kali, sebelum bayang mereka menjadi visualisasi yang utuh, dan aku sadar bahwa mereka meneriakkan namaku.

"MELATI!"

Aku hanya sanggup mengerjap.

Sesuatu diselipkan Sandra di sela bibirku. Sedotan, yang segera kusesap, air mengisi celah retak kerongkonganku. Setelah sedotan kulepas, suaraku kembali.

"Mana…?"

Sepuluh jemariku masih diremas Elia dan Sandra. Kini jelas kulihat wajah sembab mereka, tersenyum merekah padaku.

Hangover #1 [Repost Non-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang