🌟
HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT
Chapter 43 Sudah
🌟
Lorong karpet merah garbarata telah berakhir ketika kakiku menapak di gedung terminal kedatangan. Tidak banyak yang berubah dari bandara ini, kecuali desain interiornya yang makin memanjakan mata para pengguna jasa terminal. Ukiran kayu ulin berbentuk dasar perisai bermotif burung enggang, batang garing, mandau, dan anggrek hitam menghiasi sepanjang jalan menuju terminal klaim bagasi.
Mataku beredar ke langit-langit tinggi dan seketika aku merasa sangat kecil. Senyumku mengembang otomatis saat mengamati kesibukan manusia di bandara tanah kelahiranku. Lalu aku sadar, beberapa dari mereka juga mengamatiku.
Lebih tepatnya, mengamati kami. Ada dua kemungkinan: (1) karena ada cewek norak yang jalan berputar-putar saking sudah lamanya tidak pulang ke kampung halaman, atau (2) karena ada pria kaukasia berkulit pucat bermata biru cerah menggendong bayi gajah yang meremas-remas rambut jagungnya, tapi pria itu cuek-bebek dan justru tertawa gemas pada si bayi.
Berhubung yang menoleh kebanyakan kaum hawa, kusimpulkan bahwa penyebabnya adalah yang nomer (2). Harap maklum. Masyarakat sini belum tentu setahun sekali disuguhi cuci mata berupa bule ganteng daddyable seperti dokter McFord.
Setiba di terminal klaim bagasi, conveyor masih kosong, belum berjalan, dan belum ada tanda munculnya koper-koper kami. Dokter menyuruhku mencari ruang ibu dan anak, sementara dia menunggu bagasi. Aku mengangguk setuju, walau rasanya agak kurang ajar. Mahasiswanya enak-enakan duduk menyusui bayi, dosennya berdiri antri menunggu bagasi.
Mau bagaimana lagi, Bumi butuh asupan.
Ruang ibu dan anak di terminal klaim bagasi hanya ada satu, di dekat toilet. Batinku lega karena ruang itu sedang kosong. Aku bisa berselonjor kaki dan menyusui gaya bebas tanpa perlu malu.
"Eh! Eh! Ah!"
Mata hitam berbintang itu membesar setelah menemukan sumber energinya. Aku mengubah posisi berbaring menyamping, berserah diri dipeluk empuk tilam.
Gerak tangannya semakin acak memukul-mukul wajahku. Kuberikan kelingking kananku, seketika jemari pendek Bumi menggenggam erat. Dia melirikku polos dari balik dada, seperti matahari Teletubbies yang terbit dari balik bukit. Aku hanya tersenyum, getir.
Mulai dari hari ini, apapun bisa terjadi. Aku tidak akan berburuk sangka tentang takdir, tapi juga tidak berharap banyak.
Sejak awal, semua adalah salahku. Salahku, datang ke pesta itu. Salahku, menyepi di taman, jauh dari ballroom. Salahku, menerima begitu saja minuman asing dari orang asing. Salahku, diam dan pasrah disetubuhi pangeran cabul tak jelas asal-usulnya.
Sebab itu, andai Papa Mama menghukumku, aku pantas. Konsekuensi dari kesalahan fatalku. Aku hanya perlu, sekali lagi, berusaha bangkit dari nol. Melapangkan hati yang tidak seluas samudera, dan menjumputi remah kekuatan yang tersisa demi Bumi.
Bumi bukan kesalahan. Dia mewarisi darahku, bukan dosa-dosaku. Kuciumi kuku-kuku mungil yang mengerat di kelingkingku. Sekilas areolaku nyeri karena tergigit gusinya yang hendak tertawa geli.
"Bum..." dan meski dia tak paham, sorot lugu itu terus mengamatiku. "Seluruh dunia, termasuk Kakek dan Nenek kamu, boleh membuang Mama. Tapi selama ada Mama, Bumi selalu punya tempat... Oke, Nak?"
Tangan lembut itu menampari pipiku lagi. Kuanggap itu sebagai, "Oke, Mama," yang tak tersuarakan.
Sengaja belum kuberitahu Papa dan Mama tentang kepulangan mendadakku, karena kalau mereka tahu, mereka akan heboh menjemputku ke bandara. Aku tidak mau bercucuran air mata di ruang publik dan jadi drama gratis bagi ribuan pasang mata. Karena itu, kami bertolak menuju rumahku dengan jasa taxi bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangover #1 [Repost Non-Revisi]
RomanceREPOST TANPA REVISI ⚠️ Rᴀᴛᴇ M (17+) ⚠️ Mᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ᴅᴇᴘʀᴇsɪ, ᴋᴇᴋᴇʀᴀsᴀɴ, ᴋᴀᴛᴀ-ᴋᴀᴛᴀ ᴋᴀsᴀʀ, ᴋᴏɴᴛᴇɴ sᴇᴋs ɪᴍᴘʟɪsɪᴛ. Pɪʟɪʜʟᴀʜ ʙᴀᴄᴀᴀɴ sᴇsᴜᴀɪ ᴜsɪᴀ. ***** • Hangover #1 (the Hazardous Night) • Melati Pusparana tidak menampik bahwa cantik dapat berbuah konflik...