34 Skin-to-Skin

10.8K 1K 78
                                    

🌟

HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT

Chapter 34 Skin-to-skin

🌟

Aku terhenyak dan seketika menolak dokter McFord di dada. Bumi mulai menggeliat resah dalam tidurnya. Masih dalam jarak intim, dokter McFord tersenyum lelah, menyerahkan Bumi padaku kemudian mencium ubun-ubunnya.

"Tidur kamu. Thanks for worrying about me."

Tu... tunggu. Tadi dia mau berbuat apa padaku? Kami mau melakukan apa?

Petasan seakan meledak beruntun di dadaku dan aku masih mematung, sampai dokter McFord membentangkan selimut besar yang biasa dipakainya tidur di depan TV. Kadang, tidur berdua Garda depan TV dalam satu selimut. Ini nggak lucu tapi entah mengapa aku cemburu.

Oh iya.

"Dokter bisa pake kamar tamu. Garda udah pulang."

Gerakan tangannya berhenti, dengan alis terangkat sebelah.

"Ringgarda pulang?"

Aku mengangguk cepat. "Iya. Jam setengah 12 tadi, Dok. Buru-buru banget pulangnya."

Bumi sudah meronta mencari susu, maka aku segera masuk kamar mengunci pintu. Sambil tiduran dan menyusui, kusempatkan mengutik ponsel, membuka pesan-pesan baru yang kebanyakan hanya dari grup sekolah dan kuliah angkatanku.

Apa dia belum sampai juga?

Di mana janjinya untuk segera mengabari aku?

***

Sudah jadi ritual sehari-hari Bumi untuk menyusu di pagi hari sebelum aku berangkat kuliah, meninggalkannya untuk 8-9 jam ke depan. Kegiatan menyusui ini selalu kelabakan disambi dengan sarapan, atau membolak-balik modul baik modul fisik ataupun softcopy di smartphone. Rintangan sebagai ibu rangkap mahasiswa adalah harus bisa multitasking seperti ini.

Mungkin karena itulah Bumi terlihat lesu pagi ini. Karena Mamanya selalu sibuk sendiri bahkan saat berduaan, bukannya fokus pada si kecil untuk mempererat bonding. Aku hanya menghela napas panjang ketika Bumi sendiri yang menyudahi sesi minum pagi ini, padahal biasanya aku yang kewalahan karena Bumi tidak mau dilepas.

Setelah Mbak Sari datang, aku bergegas menguncir rambut yang belum disisir dengan benar. Biarlah, nanti kuncir di mobil.

"Mbak, titip Bumi ya. Tolong diminumin ASIP dulu, tadi cuma minum dikit." Aku meminta sambil setengah berlari mengambil cooler bag di dapur.

Di depan rumah aku masih sibuk memakai kaus kaki dan sepatu. Di rumah seberang dokter McFord baru saja keluar dan tidak seperti biasanya yang berkemeja khas Fakultas Kedokteran, hari ini dia memakai setelan jas formal. Necis sekali. Aku benci mengakuinya tapi dia memang paling sehati dengan warna biru: warna matanya.

Dia tersenyum dan melambai sekilas, memberi gestur padaku untuk bergegas.

Sampai di mobil, aku masih mengatur napas yang berantakan dan dokter McFord di sebelahku mulai menyalakan mesin mobil.

"Easy, Mel. I will never leave you behind."

Aku mendengkus hiperbolis, sambil serampangan melepas kuncir rambut dan menyisir juga asal-asalan dengan jari.

"Dosennya mah easy lah. Saya yang 10 menit lagi praktikum. Udah Dok, buruan cus!" titahku, berasa punya sopir pribadi.

Dia menderai tertawa ringan seiring berputarnya roda mobil. Selesai menguncir rambut, aku masih belum bisa berkedip mengagumi sosoknya dalam jas biru gelap. Entah dia lebih cocok dengan snelli atau jas formal, aku tidak bisa memilih. Untuk apa pula memilih, toh dia orang yang sama?

Hangover #1 [Repost Non-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang