44 Papa Oh Papa

9.7K 1.1K 120
                                    

🌟

HANGOVER #1 - THE HAZARDOUS NIGHT

Chapter 44 Papa Oh Papa

🌟


Bukan aku menolak makan malam di resto ikan bakar Bu Fitri--rekan sekantor Mama--hanya saja resto itu berlokasi di pinggir pantai. Keras angin malam di pantai tidak baik untuk Bumi. Lagian, aku masih ingin di rumah. Di bawah atap, di atas lantai, dan dibentengi dinding yang sama dengan Papa, Mama, Fikar, dan Bumi. Berlima.

Eh, berenam. Hampir lupa kalau ada Dokterku.

Tadinya dokter McFord berencana menginap di hotel terdekat, sekitar 1 kilo dari rumah. Namun Mama memintanya menginap di sini, di kamar Fikar yang memang sudah disiapkan untuk Dokter. Fikar akan tidur sama Papa, sedangkan Mama tidur bertiga denganku dan Bumi.

Di tanganku ada nampan berisi sebotol besar air mineral, jus jeruk kemasan 1 liter, dan 6 gelas kaca yang siap kubawa ke ruang keluarga. Ya, di keluargaku, kami jarang sekali makan bersama di meja makan. Kami terbiasa makan di ruang keluarga, duduk santai di karpet mengelilingi kudapan, sambil menonton TV. Entah mengapa yang begitu lebih asyik dan down-to-earth (baca: merakyat, bukan ndlosor).

Dokter keluar dari kamar Fikar saat aku bermaksud ke dapur lagi untuk mengambil piring. Melihat penampilannya, mataku membesar dan menahan dia di tempat, lantas mendesis tipis.

"Dok! Sisiran napa!"

"Why? Biasanya di rumah juga gini." Dia menjumput seuntai rambut di dahi.

"Papa bisa nggak suka sama Dokter kalo berantakan!"

"But you're still into me, no?"

"Iyalah pasti saya tetep suka sama Dokter tapi ini Pa--"

Aku menampar mulut. Shit. SHIT!

Dia nyengir kuda penuh kemenangan. Bodo amat. Aku celingukan ke arah ruang keluarga sekadar memastikan Papa masih seru mengajari cucu gendutnya bertepuk tangan. Baiklah, Papa tidak lihat kami.

Aku kembali pada Dokter.

"Aku lupa bawa sisir..."

"Iya, iya!" serobotku cepat.

Sambil bersungut tertahan, kakiku berjinjit untuk menyisiri rambut jagungnya yang setengah basah seusai keramas. Dia menunduk, memasrahkan kepalanya di tanganku. Wangi sejuk shampoo menguar kuat, mengusik manja saraf penciumanku.

Aku menghirup dalam dan seketika mukaku sesak oleh panas hasrat ingin lebih dekat.

Yang tidak kuduga, satu ibu jarinya terulur menyentuh kantung bawah mataku. Iris samuderanya berkeliling meneliti setiap lekuk wajahku.

"Temporary periorbital edema."

"Hah?" Aku mengerjap dua kali.

"Berapa banyak kamu nangis sampai bengkak gini?"

Mulutku terbuka hendak menyahut ketika--

"PAPA! MBAK LAGI PACARAN SAMA DOKTERNYA!"

Kontan kutolak kepala dokter McFord dan mundur dua langkah. Punggungku menubruk dinding. Papa sudah di sini dengan Bumi diapit lengan Papa. Mata Papa memicing runcing untuk... Dokter.

Kumiringkan kepala untuk menemukan Fikar di belakang Papa yang memajukan bibir dan mengedarkan pandang songong ke langit-langit. Aku mendelik dan memberinya jari tengah.

Hangover #1 [Repost Non-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang