Sejak pernyataan Prilly beberapa hari yang lalu dan Ali yang berkunjung kerumah Prilly membawa surat gugatan cerai, Ali dan Prilly tak pernah bertemu lagi dan sudah terhitung dua minggu tepat hari ini.Prilly yang datang kesekolah setiap hari tapi tak pernah bertemu Ali, pernah sekali Prilly datang kerumah Ali tapi hanya ada Mama Resi yang mengatakan jika sudah satu minggu Ali tak pulang.
Semua teman teman bisnis Ali juga mengatakan jika mereka tak pernah bertemu Ali, bahkan Pak Tris orang kepercayaan Ali saja tak tau.
'Aku gak bisa, aku cinta sama kamu Li' saat itu Ali hanya terdiam dengan wajah yang berubah tegang tapi tak mengalihkan pandangannya. Prilly menatap laki laki disampingnya dengan air mata yang terus mengalir.
"Aku pulang dulu" tiga kata yang diucapkan Ali yang terakhir sekaligus membawa langkah Ali pergi bahkan pergi entah kemana dari semua yang berhubungan dengan Prilly.
"Prill... "
"Lo nglamun?" Prilly menatap Icha yang berdiri disampingnya kemudian menarik kursi duduk disebelah bangku Prilly.
"Gak kok Cha, gue gak papa"
"Gak usah boong sama gue, kemaren gue kerumahnya Pak Ali tapi kata Tante Resi lo gak tinggal disana lagi, bahkan Tante Resi juga bilang kalau lo sama Pak Ali mau pisah" Prilly tersenyum tipis dan menyandarkan kepalanya pada bahu Icha.
"Gak usah dibahas, untuk saat ini gue mau focus sama ujian ujian sekolah aja. Gue masih terlalu kecil buat masalah kayak gini" Icha mengusap rambut Prilly yang tergerai lurus.
"Yaudah, apapun masalah lo, gue selalu doain semoga cepet ada jalan yang terbaik, gue shipper kalian berdua lho"
Prilly terkekeh dan menegakkan kembali tubuhnya.
"Oh ya, yang ngajar mapel kewirausahaan siapa sekarang? " tanya Prilly, pasalnya semenjak Ali tak pernah datang lagi, pihak sekolah hanya menggunakan guru yang sedang tak mengajar, menggantikan Ali untuk mengajar kewirausahaan.
"Ohh ,masih ganti ganti sih Prill gue denger, lagian Pak Ali dimana sih, jadi cowok gak gentle banget. Awas aja kalau sampai nyakitin lo, bikin lo nangis gue gak perduli gue mau marahin dia" gerutu Icha.
"Udah ah, sekarang jam istirahat kekantin yuk" Prilly mengangguk, mereka berdua kemudian keluar kelas dan menuju kekantin.
***
"Sampai kapan sih lo, jadi pecundang kayak gini Li?"
"Maksud lo?"
"Lah emang lo pecundang kan? Ada masalah bukannya diselesain malah lari ke apartemen gue lagi"
"Lo gak mau gue disini Rief?"
Arief mendengus kemudian langsung duduk disebelah Ali.
Sejak dua minggu yang lalu, Ali memang langsung menghubungi Arief untuk menggunakan apartement Arief sebagai tempatnya untuk menenangkan diri.
Ali bingung, satu sisi ia kecewa dengan Prilly tapi perasaannya tak bisa dibohongi bahwa dia mencintai Prilly. Seharusnya masalah ini bisa diselesaikan baik baik tapi seakan keduanya enggan untuk menyelesaikannya, mungkin mengulur waktu agar masih terikat dalam pernikahan.
"Li, biar bagaimana pun lo harus selesain masalah ini, jangan biarin berlarut larut. Kalau emang lo mau pisah, ya selesaiin jangan buat Prilly nunggu gak pasti kayak gini, kalau emang mau dipertahanin lo coba buat ngertiin perasaan lo sendiri" tutur Arief, Ali berdiri menuju balkon kamar Arief.
"Gue cinta sama dia, tapi...
"Tapi apa? Lo mau bilang kalau lo ngrasa Prilly sukanya sama Mario? Atau lo mau bilang kalau lo kecewa Prilly belain Mario daripada lo, bulshit tau gak Li, Prilly aja berani bilang cinta sama lo. Masa lo ahhh.. tau ah Li, gue pusing"