Prilly turun dari mobil dengan tergesa gesa. Meninggalkan dua orang bodyguard yang berlari mengejarnya. Bahkan Tris juga langsung ia tinggalkan tanpa menunggu dibukakan pintu mobil.
Wanita itu langsung berjalan menuju ruang guru, tadi saat ia baru beberapa menit sampai dirumah setelah berbelanja, Prilly dikagetkan dengan telphone dari pihak sekolah yang mengatakan jika anaknya terlibat perkelahian dengan temannya. Sontak hal itu membuat Prilly panik dan tanpa pikir panjang langsung menuju kesekolah.
Bagaimana anak usia 5 tahun bisa berkelahi? Apalagi Lean, setaunya anaknya itu tak suka kekerasan dan lebih mengumakan candaan? Biarlah nanti ia akan menanyakannya.
Sampai didepan ruang guru, wali kelas Lean, sontak saja wanita itu langsung memeluk anaknya yang terlihat diam menunduk disofa.
"Ibu Prilly" sapa seorang wanita berjilbab dengan postur tubuh agak gempal.
"Iya saya, Mamanya Lean" ucap Prilly mengusap punggung anaknya. Terlihat Lean terdiam dan hanya menunduk.
"Mari saya akan berbicara pada anda" ucap seorang wanita, sebagai wali kelas Lean bernama Wina.
Prilly mengangguk menatap putranya "Kamu duduk disini dulu ya, apa ada yang sakit tubuh kamu atau apa?" Lean menggeleng, Prilly mengecup puncak kepala Lean dan beranjak duduk didepan wali kelas itu.
"Ini bagaimana bisa terjadi Bu?"
Wina mengangguk "Saya juga kurang paham B, sebelumnya saya minta maaf. Tadi saat jam bel istirahat, tiba tiba saja Lean sudah berkelahi dengan temannya bernama Rizal"
"Masalahnya apa Bu? Anak saya gak mungkin memulai.. di.
"Gak mungkin gimana anak ibu yang salah!" kedua wanita itu menoleh kearah pintu begitupun Lean.
Seorang wanita bersama laki laki memakai seragam kantor itu berjalan kearah mereka, wanita itu menatap Prilly tajam dan sepertinya laki laki itu adalah suami wanita itu.
"Maaf Ibu tenang dulu, kita duduk dan selesaikan bersama" ucap Wina. Wanita itu menatap Prilly sinis dan langsung duduk disebelah Prilly sementara laki laki dan seorang anak yang memakai seragam yang sama dengan Lean sudah duduk disofa yang berbeda.
"Gimana saya bisa tenang, kalau tubuh anak saya sudah memar memar gara gara anaknya dia, berpendidikan gak sih" ucap wanita itu.
Wina langsung menghela nafas "Maaf Bu Lisa, kita selesaikan secara baik baik masalah ini"
"Baik baik saya maunya ini kejalur hukum, ini membuat anak saya nangis kok" ucap Lisa membuat kedua orang disana menatap tak percaya.
Apalagi Prilly, masalah ini bisa diselesaikan baik baik kenapa harus kejalur hukum? Apalagi ini masalah anak dibawah umur.
"Maaf Bu, tapi ini masalah bisa diselesaikan baik baik. Apalagi kita belum mendengarkan bagaiamana masalah ini bisa terjadi"
"Paling anaknya dia yang mulai anak saya baik baik, orang tuanya berpendidikan tinggi mana mungkin berkelahi seperti orang kampung" ucap Lisa. Prilly menekan senyumnya seperti menahan geram.
"Saya mau masalah ini kejalur hukum, anak saya nangis gara gara anak itu, saya juga mau ganti rugi biaya rumah sakit" ucap laki laki yang duduk disofa.
Bukankah dia kepala keluarga, kenapa malah seakan mendukung kesalahan sang istri bukan mencari solusi?.
"Pak Wildan, tak perlu sampai kejalur hukum ini masalah anak dibawah umur"
"Saya tak perduli, lagi pula saya yakin kalaupun sampai kejalur hukum, pasti pihak kita akan menang mana mungkin dia bisa menyewa pengacara mahal" ucap Lisa.