***
Ali menggeram frustasi ketika melihat laporan keuangan dibisnis umrah barunya. Menutup map berwarna biru itu kasar dan menyandarkan punggungnya pada kepala kursinya.
Bisnis yang baru saja dijalaninya sekitar 8 bulan terakhir, harus mengalami sedikit kerugian. Tapi biar bagaimanapun seorang pebisnis entah itu rugi hanya sedikit tapi itu tetap rugi.
Ali menatap foto yang berada diatas meja menampakkan dirinya dan Prilly sedang tersenyum kearah kamera. Ali kembali mengusap wajahnya kasar, tadi ia tak mengantar istrinya pulang bahkan tak meminta supir atau bodyguardnya untuk mengantar Prilly. Ia dibutakan oleh emosinya, mengingat perkataannya membuat dirinya menyesal. Seharusnya ia sebagai kepala keluarga bisa menyelesaikan masalah dengan baik tapi apa, dirinya hanya menambah masalah.
Ali menyambar ponselnya yang tergeletak diatas meja dan berniat menghubungi sang istri.
Pertama tak dijawab, keduapun sama, dan yang ketiga malah tidak bisa.
"Shitt" umpat Ali ketika keempat kalinya ia menelpon sang istri.
Pintu ruangannya terbuka memperlihatkan sang sekretaris yang memasuki ruangannya, Ali mengurungkan niatnya ketika akan kembali menghubungi sang istri.
"Ada apa Dea?"
Dea menunduk "Maaf Pak, nanti ada meeting dengan pengusaha, jasa travel yang bekerja sama dengan perusahaan kita"
"Kapan?"
"30 menit lagi"
"Baiklah kamu bisa kembali, 30 menit saya akan langsung keruang meeting"
Dea mengangguk kemudian berlalu, Ali berdiri dari kursi kerjanya, melonggarkan dasinya dan menatap lalu lalang kendaraan dikota jakarta.
Seharusnya ia bisa membagi masalah ini pada istrinya tapi sayang, ia yang malah memperkeruh dan membesarkan masalah yang juga seharusnya bisa diselesaikan dengan baik baik.
"Papa" Ali menoleh mendapati putranya yang berjalan kearahnya bersama Tris.
"Yes boy?"
"Pulang ya"
"Pulang?"
"Kangen Mama" rengek Lean. Ali memejamkan matanya dan tersenyum kearah Lean.
"Tris, kamu bisa keluar dulu saya ingin bersama putra saya"
"Baik Tuan, permisi" Tris langsung berlalu dan menutup pintu ruangan Ali.
Lean langsung berjalan kearah sofa dan duduk manis disana diikuti Ali.
"Nanti ya, selesai Papa meeting"
Lean menggeleng "No Pa, Lean mau minta maaf sama Mama, ayoo Pa pulang" rengek Lean menarik jas Ali.
Ali kembali tersenyum kearah putranya "Dengerin Papa ya, Papa ada meeting bentar lagi. Kalau kita pulang nanti yang ada Papa telat meeting nya"