***
Sudah lebih dari sebulan sifat Prilly berubah drastis dan itu sangat dirasakan oleh Ali. Prilly yang selalu jalan jalan setiap pukul 9 pagi dan pulang hampir maghrib dan biasanya akan lebih dari pukul 7 malam. Sifatnya juga berbeda, setiap dirumah ia akan lebih menjadi pendiam dan tak peduli dengan lingkungan sekitar. Tapi, Ali juga heran setiap pulang jalan jalan Prilly selalu tersenyum tapi setelah itu ia kembali diam.
Seperti pagi ini, yang menunjuk pada hari minggu atau weekend. Ali menyempatkan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaannya dikantor untuk menemani sang istri check up. Tapi sayang, sudah pukul 10 siang Prilly tak kunjung bangun padahal mereka sudah berjanji pada dokter yang menangani kehamilan Prilly untuk datang pukul 11.
Ali menghela nafas, dan duduk dipinggir ranjang. Menatap sang istri yang masih meringkuk dibawah selimut.
"Sayang... udah siang katanya mau check up aku temenin, bangun yuk?" ucap Ali mengusap puncak kepala sang istri. Ali kemudian ikut merebahkan tubuhnya dan memeluk istrinya.
Akhir akhir ini ia merasa jauh pada Prilly, bukan jauh tapi Prilly yang seakan menjauh. Prilly selalu pulang malam saat dirinya mengerjakan urusan kantor dan saat selesai mengerjakan pekerjaannya sang istri sudah cantik beranjak untuk tidur, bahkan tak ada waktu mengobrol sebelum tidur atau yang lainnya.
"Sayang... "
"Eghh... " Prilly makin mengeratkan selimutnya.
Ali kembali memeluk tubuh istrinya erat dan mengusap perut istrinya.
"Haloo anak Papa lagi ngapain?" ucap Ali dan mengusap perut sang istri, Ali kemudian mensejajarkan kepalanya pada perut istrinya yang membuncit karena kehamilannya yang beranjak 7 bulan.
"Maafin Papa ya, akhir akhir ini banyak pekerjaan. Tapi Papa janji setelah Papa resign dari sekolah waktu kamu hanya buat kamu sama Mama"
Prillu yang merasakan usapan lembut pada perutnya sedikit terganggu dan mengerjapkan matanya. Tak ada siapapun disampingnya tapi saat ia menunduk ia melihat suaminya yang sedang berbicara dengan calon anaknya.
"Mama kamu sekarang jadi pendiem, bilang sama Papa setiap hari kamu jalan jalan kemana aja pulangnya kata Mbak Siti selalu setelah maghrib"
"Maafin Papa ya kalau waktu Papa kurang waktu sama kamu dan Mama.. " Prilly mengerjapkan matanya berkali kali dan mendongakkan kepalanya agar air matanya tak jatuh.
Prilly ingin sekali berteriak pada sang suami kalau dia pengen lebih diperhatikan, lebih disayang, lebih menjadi prioritas daripada pekerjaan suaminya. Dan lebih lebih yang lain.
"Setelah ini Papa janji...
Bunyi ponsel Ali menghentikan ucapannya, Prilly yang merasakan pergerakan suaminya kembali menutup matanya untuk pura pura tidur.
Ali beranjak menuju ke nakas yang ada disamping ranjangnya dan mengangkat telfon tersebut, Prilly sedikit membuka matanya melihat sang suami.
"Oh sudah, baik saya akan segera kesana untuk mengambil semuanya. Baik terimakasih"
Prilly kembali menutup matanya ketika melihat suaminya sudah berbalik badan mengambil pakaian kantornya dan berjalan kearah kamar mandi.
Prilly mengusap air matanya, ia yakin jika Ali tadi sedang menerima telfon dari kantor atau sekolah, dan Prilly yakin juga kalau suaminya akan pergi, melihat tadi Ali mengambil pakaian kantor.
Entahlah seorang perempuan apalagi tengah hamil pasti akan sensitif, mengingat sifat seorang perempuan yang lebih menyukai menggunakan kode dari pada berterus terang, lebih suka jika seorang laki laki menebak keinginan perempuan daripada dia mengatakan langsung pada laki laki itu, lebih sering menggunakan perasaan daripada logika.