***
Mama Resi mengernyit menatap menantu, atau istri dari anaknya itu berdiri didapur serta memegangi lehernya. Mama Resi yang baru saja dari arisan meminta pelayan meletakkan tasnya dikamar sementara Mama Resi menghampiri Prilly.
"Prill"
"Eh Mama, iya?" Prilly menutupi lehernya dengan rambut yang untungnya panjang.
"Kenapa? Loh kok bau bawang putih sih badan kamu?" Mama Resi mendekat mencium badan Prilly kemudian menjauhkan badannya.
"Gak kok Ma, emang tadi Prily lagi pengen emmm.. Apa ya.. Itu lho goreng bawang terus Prilly makan buat cemilan ah iya buat cemilan, enak Ma makanya emm bau bawang" ucap Prilly gelagapan.
Mama Resi mengernyit tak percaya kemudian mendekati Prilly lagi, dan Mama Resi secara cepat menyibak rambut Prilly pada bagian leher.
"Nah Mama tau sekarang, kamu lucu itu kenapa merahnya banyak banget?"
"Em itu gigit semut"
"Semutnya segede apa?" Prilly menatap Mama Resi yang tersenyum jail kearahnya kemudian menunduk.
"Jangan digodain Ma, Mama pasti tau Prilly malu" ucap Prilly.
Mama Resi malah tertawa dan menarik tangan Prilly untuk duduk dimeja yang tersedia didapur.
"Semutnya Ali kan?" tebak Mama Resi, Prilly tersenyum dengan pipi yang merah bak kepiting rebus.
"Lucu kamu, jangan digosok pakai bawang, kamu kasih minyak orang jaman dulu aja"
"Apa Ma?"
"Kata mbak Siti sih kalau didesa kasih minyak tawon aja nanti hilang kok bekasnya"
"Iya Ma"
"Udah ngelakuin?"
"Apa Ma?" tanya Prilly.
"Itu lho masa gak tau" Prilly menggeleng.
"MP"
"Apa Ma? Prilly gak ngerti" Mama Resi menghela nafas.
"Malam pertama sayangggg" ucap Mama Resi gemas mencubit pipi chubby Prilly.
"Mama apaan sih, belum lah"
"Belum tapi Alinya udah nandain tuh dileher" goda Mama Resi.
"Mama apaan sih"
"Gak papa, supaya cepet dapat momongan"
"Prilly masih sekolah Ma" rengek Prilly.
"Mama gak yakin Ali tahan, apalagi kalau disekolah dia punya ruangan sendiri kalau kamu dipanggil hati hati" ucap Mama Resi berdiri dari duduknya.
"Kenapa Ma?"
"Takutnya diajak bikin anak disekolah" celetuk Mama Resi kemudian berlalu.
"Mamaaaaaa"
***
Prilly menatap suaminya yang dengan damainya tidur diranjang dengan telanjang dada serta menggunakan celana pendek hitam selutut.
Prilly meletakkan minyak yang baru saja ia minta dari mbak Siti dengan segala godaan yang dia dapat.
Prilly menarik selimut kemudian menyelimuti Ali sebatas dada dan berlalu menuju balkon kamarnya.
Malam ini banyak sekali bintang yang bertaburan dengan langit cerah serta bulan sabit yang sangat cantik.
Prilly mengusap lengannya karena udara dingin apalagi Prilly menggunakan baju tidur lengan pendek dan celananya juga pendek.
