Prilly menghela nafas kasar ketika melihat rumah yang tampak kembali sepi.
Ali yang sekarang sedang berada dikantor. Setelah kemarin memberikan sebuah kejutan ulang tahun dirumah Mama Ully, paginya Ali meminta Prilly untuk kembali kerumah lantaran dirinya yang akan mengurus dua profesi sekaligus. CEO dan Guru, Ali sebenarnya juga sudah meminta mengundurkan diri, tapi pihak sekolah belum menyetujuinya karena kendala dimana J'School membutuhkan Ali.
Prilly juga harus merasakan kesunyian karena rumah yang sebesar ini hanya dihuni dirinya dan Ali, dan puluhan pelayan, serta banyak bodyguard. Yang Prilly tau hanya sibuk dengan pekerjaan mereka. Mama Resi dan Papa Edward? Mereka sudah terbang ke Spanyol untuk membuka perusahaan baru mereka. Dan inilah yang tak Prilly suka, sepi.
Usia kandungan Prilly juga sudah menginjak bulan keenam, tak seperti ibu hamil lainnya, yang setiap suami akan merasa kerepotan dengan ngidam sang istri tapi, Prilly berbeda perempuan itu malah tak menginginkan apapun dari sang suami. Setiap ditanya oleh Ali, Prilly hanya menjawab aku gak pengen apapun kok, nanti kalau aku pengen kamu malah kerepotan.
Pernah sekali Prilly melihat sebuah tas yang menurutnya lucu di sosial media dan memberitahu Ali, detik itu juga Ali langsung memesankannya dan tak berapa lama tas itu langsung datang. Tak tanggung tanggung Ali langsung membeli dua puluh tas dengan model yang sama dengan warna yang berbeda beda, padahal Prilly tau jika tas itu harganya tak main main bisa membeli 10 mobil lamborgini sekaligus.
Prilly mengganti pakaiannya dengan dress selutut khusus ibu hamil dan membawa tas selempang, sepertinya Prilly akan pergi jalan jalan untuk menghilangkan kejenuhannya.
"Nyonya mau kemana?" tanya Yani yang kebetulan berpapasan dengan Prilly.
"Jalan jalan aja kok" ucap Prilly kemudian berlalu, dan Yani hanya mengangguk hormat.
"Pak Tris, siapin mobilnya ya, kita jalan jalan. Gak tau nih pengen aja" Tris tersenyum dan mengangguk hormat pada majikannya kemudian berjalan menuju mobil dan membukakan pintu mobil.
Siti dan Yani yang melihat majikannya sebenarnya juga merasa iba, bagaimana tidak disaat majikannya tengah hamil, sering sekali tak ada teman untuk mengobrol. Bahkan ketika check up, Prilly juga pergi sendiri dan tak ditemani oleh siapapun termasuk itu Ali.
"Huft, sepertinya Tuan kembali kemasa mudanya Yan, sibuk dengan dirinya sendiri dan pekerjaan. Tanpa peduli jika itu membuat istrinya merasa sedih" ucap Siti, Yani mengusap lengan Siti.
"Iya mbak, meskipun Nyonya gak bilang tapi kelihatan kalau Nyonya sedang kesepian" Siti menitihkan air matanya. Seharusnya saat saat hamil seperti ini adalah hal yang paling tidak ingin dilewatkan oleh para suami karena itu merupakan moment menunggu anak pertama.
"Kita doain aja Yan"
"Iya Mbak" Siti dan Yani kemudian kembali memasuki rumah.
***
Prilly menatap jalanan ibu kota dari kaca jendela mobilnya. Sudah lebih dari satu jam mobil ini berjalan tak tentu arah, Prilly juga bingung ia ingin kemana?.
Pandangan Prilly terhenti pada beberapa anak kecil yang sedang bersenda gurau dan tertawa lepas membawa peralatan mengamennya. Prilly mengusap perutnya, entah mengapa melihat mereka Prilly merasa iba tapi disisi lain Prilly juga tersenyum karena mereka bisa tertawa lepas meskipun kekurangan dari segi materi. Prilly tau mereka yang sering mengamen dijalan jalan saat lampu menyala merah. Berbeda dengan dirinya yang dilimpahi harta tapi merasa sepi.
"Pak Tris saya turun sini saja ya, saya mau ketemu temen saya"
"Lho saya temani saja Nyonya"
"Gak usah Pak, nanti saya telfon dan jemput saya saja ya"