Tiga Puluh Satu

15.3K 1.1K 70
                                    


***

"Maafin aku sayang" gumam Ali, menelusupkan wajahnya diantara cekukan leher Prilly.

Prilly terlihat diam tanpa membalas pelukan Ali atau ucapan Ali, pikiran wanita itu terasa melayang entah kemana.

"Aku minta maaf untuk perkataan ku tadi siang, aku minta maaf juga untuk Lean, aku minta maaf karena udah bentak Lean, aku minta maaf untuk hari ini... "

"Perkataan aku tadi siang seakan tersirat kalau kamu ibu yang gak baik, tapi dibalik itu akulah Papa yang gak baik, terlihat dari perlakuanku hari ini...

"Tadi siang aku juga buat Lean nangis karena bisnisku benar benar bangkrut.. ak.. aku minta maaf" gumam Ali, terasa leher Prilly basah. Ali menangis ya dia menangis.

Prilly menghembuskan nafasnya kasar "Kenapa Lean sampai pergi dari kantor tanpa ada pengawasan?" tanya Prilly.

Ali semakin mengeratkan pelukannya, ketika menyadari jika istrinya tidak menjawab maafnya melainkan bertanya tentang Lean.

"Aku marah sama dia karena dia minta pulang, sementara aku ada meeting penting"

"Kenapa kamu gak minta Pak Tris buat antar dia atau seenggaknya kamu suruh aku balik buat jemput Lean?"

"Aku minta maaf, aku nyesel sayang"

"Seharusnya kamu minta maafnya sama Lean, bukan sama aku"

"Aku minta maaf soal tadi siang" gumam Ali.

Prilly menggeleng pelan "Bukan salah kamu, aku gak permasalahin perkataan kamu, aku juga udah minta maaf sama Lean"

"Jadi kamu...?"

"Ya aku maafin kamu, tapi kalau Lean gak mau maafin kamu, kamu harus usaha buat dimaafin"

"Bantuin aku boleh?" tanya Ali, kepala Ali berpindah miring menatap istrinya dari samping. Terlihat Prilly mengangguk tersenyum dan kini membalas pelukan Ali.

Prilly mengusap pipi Ali dengan tangan kanannya dan tangan kirinya ia gunakan untuk mengusap lengan Ali.

Ali tersenyum lebar, bolehkah ia bersyukur atas nikmat Allah, memberikan dirinya nikmat yang benar benar tak ada duanya. Memiliki seorang istri yang benar benar dewasa dalam pemikirannya, padahal Ali tau jika Prilly menikah dalam usia belasan tahun. Memiliki seorang anak yang benar benar cerdas, ya tentu cerdas gombalnya hhhh. Diberikan oleh Allah rezeki yang benar benar berlimpah. Alhamdullillah ya Allah.

Prilly membalikkan badannya menatap suaminya yang sedang tersenyum lebar, bahkan kalian harus tau, Ali sedang mengusap air matanya.

"Cengeng banget ya ternyata, apakabar aku yang dimarahin tadi siang?" cibir Prilly.

Awalnya wajah Ali terlihat tersenyum lebar tapi kini wajah itu kembali diam dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Maaf"

"Apaan sih becanda kali, baperan banget sih"

Ali kembali tersenyum "Kamu ketemu Lean dimana?"

"Oh itu aku lihat dia dijalan, itu lho jalan deket kantor lampu merah"

"Kamu tau kalau Lean pergi dari kantor?"

"Iya soalnya Tris telphone aku, katanya telphone kamu, kamu belum selesai meeting"

"Iya, aku minta maaf lagi ya, makasih juga udah maafin aku" ucap Ali. Laki laki membawa istrinya dalam dekapannya.

Prilly tersenyum mendongak menatap wajah Ali yang tengah mengusap rambutnya yang tergerai. Sesekali juga Ali mencium puncak kepala istrinya.

Marry With My Teacher Season 1 (Re-Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang