"Lo mau ngapain kesini? Mau habisin Icha, gue atau suami gue. Ngomong aja"
"Gak Prill"
"Terus apa? Gue udah bilang sampai kapanpun, sekali jahat tetep jahat, sampah tetep sampah gak akan berubah jadi kado ulang tahun"
Sudah lebih dari satu jam Prilly mengomel pada laki laki yang nekat menjenguk Icha tapi diam diam, bahkan seperti pencuri. Niatnya hanya menjenguk Icha dan meminta maaf tapi sayang Mario kepergok oleh Prilly yang tiba tiba bangun, darahnya langsung naik melihat Mario.
"Sayang tenang dulu" ucap Ali membawa Prilly kedalam dekapannya.
Icha hanya diam saja melihat kejadian ini, jujur Icha ingin marah pada Mario tapi dia mempunyai perasaan pada anak musuh Ali dan keluarganya, ia juga ingin marah pada Prilly yang sedari tadi marah marah pada Mario, tapi dia tidak bisa karena Prilly sahabatnya dan keluarga Prillylah yang membantunya dalam kesusahan apa ia harus marah pada Prilly? Saat Prilly mencemaskannya? Dan itu tidak akan pernah!
"Biarin dia jelasin dulu" ucap Ali, Mario menatap gurunya itu.
"Jelaskan Mario!" lanjut Ali.
Sebenarnya Ali juga ingin marah dan menghajar Mario tapi disini ia mencoba bersikap penengah karena kalau tidak masalah semakin runyam.
Mario tersenyum tipis "Gue mau minta maaf sama lo Cha, gue gak ada niatan nembak lo shhh" ucap Mario.
Prilly, Ali dan Icha sama sama melihat wajah Mario yang ternyata penuh luka pukulan.
"Lo kenapa?" tanya Icha kemudian.
"Gak papa, oke gue lanjut tadi ya, gue sehenarnya juga capek kayak gini terus, hidup penuh dengan dendam" ucap Mario tersenyum tipis.
"Gue bukan anak dari Jusi, gue.. gue anak dari seorang ART dirumah Jusi, dulu waktu gue kecil, ibu gue kerja disana, tapi karena ibu gue sakit sakitan ibu gue dipecat dan Jusi yang saat itu tidak bisa memiliki anak karena dia mandul, dia ngadopsi gue, gue nerima karena gue butuh uang buat berobat ibu gue, sampai akhirnya ibu gue meninggal dan gue mulai tinggal di rumah Jusi, emang Jusi memberikan kasih sayang penuh pada gue, tapi mulai gue gede, Jusi mempengaruhi otak gue buat benci sama Pak Ali, waktu gue kecil saat mau bunuh Pak Ali, waktu itu gue gak ada niat sedikitpun tapi karena Jusi ingetin gue jasa dia gue mau, dan gue nyesel sekarang, Prill... " Prilly yang merasa dipanggil menoleh pada Mario yang duduk menunduk dikursi sebelah ranjang pasien milik Icha.
"Ada apa?"
"Gue minta maaf, sebenarnya gue gak ada rasa apapun sama lo, cuma karena Jusi maksa gue buat suka sama lo, agar gue bisa pacaran sama lo Jusi bisa manfaatin lo buat bikin keluarga lo hancur, dan bikin keluarga Edward juga hancur dan gue bersyukur lo nikah sama Pak Ali" ucap Mario, Mario tersentak kaget merasa punggung tangannya digenggam oleh Icha.
"Gue nyesel, lo liat luka diwajah gue, ini semua karena gue ngelawan Jusi karena gue sadar yang gue lakuin ini salah, bahkan gue harus ngeliat orang yang gue sayang terluka" ucap Mario.
Prilly melepas pelukannya pada Ali dan menatap Mario "Maksud lo apa sih Mar, gue bingung nih, udah jadi tamu malem malem ganggu tidur bikin bingung lagi" cerocos Prilly.
"Ternyata lo cerewet Prill" seloroh Mario, Prilly menatap Ali dengan puppy eyesnya dan itu berhasil membuat Ali paham.
"Mario!"
"Gak Pak becanda" ucap Mario.
"Mau ngomong apaan sih lo" ucap Prilly dengan tidak sabarnya.
"Gue sebenarnya suka sama Icha, tapi gue nutupin semuanya karena gue gak pengen Icha kenapa napa sama Jusi, karena gue yakin Jusi nyelakain Icha karena Jusi cuma mau Prilly yang jadi pacar gue"