***Prilly dibuat pusing dengan
anaknya yang benar benar sangat genit. Sifat darimanakah ini? Apakah memang anaknya ini tertukar? Tapi, tidak mungkin karena Prilly juga tau wajah anaknya.Lihatlah Lean sedang menggoda sang nenek, sampai Resi atau sang nenek dibuat terpingkal pingkal menahan tawanya.
Prilly memijit pelipisnya seakan merasa bingung dan pusing.
"Satu titik dua koma, Mane cantik siapa yang punya?" goda Lean pada Resi yang tengah mengunyah sarapan paginya.
Lean yang duduk disamping Prilly mengedipkan sebelah matanya pada Mane, Mama Nenek. Seluruh pelayan dibuat terhibur dengan hadirnya anak dari majikannya itu.
Rumah megah dan mewah ini seakan berwarna dengan adanya Lean "Dua Tltitik, satu koma. Mane cantik Ake yang punya" balas Resi.
"Mane sangat cantik" Resi menggeleng, diikuti Ali yang baru saja turun dari lantai atas dengan setelan kantornya.
Hari ini Prilly dan Ali akan mengantarkan anaknya pergi sekolah, Lean masih duduk dibangku TK, sebenarnya pihak sekolah meminta agar Lean langsung segera dipindahkan ke SD mengingat kepintaran Lean sudah diatas anak TK, sudah bisa membaca dengan lancar. Tapi, Ali maupun Prilly tetap mengikuti prosedur sesuai dengan umur anaknya.
"Lean cepat sarapan, nanti kamu terlambat" ucap Ali.
Lean tersenyum mengangguk menatap sang Papa "Tidak akan Dad, masih setengah tujuh"
"Kamu panggil Papa atau Daddy Lean kenapa berubah ubah sih, pusing Mama" gerutu Prilly.
"Itu terserah Lean" ucap Lean enteng yang membuat seluruh pelayan tersenyum dan Prilly mengusap wajahnya kasar.
Ali menatap istrinya yang sedang pusing itu, sifat Lean sangat sangat membuat kedua orang tuanya kualahan. Meskipun begitu Ali maupun Prilly selalu mengawasi anaknya, takut takut Lean sudah terkontaminasi bakteri porno yang mengakibatkan gangguan pada otak khususnya anak seusia Lean.
Bahkan Ali membuat peraturan, jika Lean tidak diperbolehkan bermain ponsel atau difasilitasi ponsel oleh Prilly. Ali juga terkadang meminta pelayan agar mengajak Lean bermain, permainan jaman dulu seperti petak umpet, congklak dan sebagainya.
Karena menurut Ali permainan itu lebih bermanfaat dari pada ponsel. Dimana seorang anak kecil lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan, daripada menjadi seorang individualis yang tak perduli sekitar.
Tapi herannya, darimana Lean mengetahui pantun gombal rayuan seperti tadi? Entahlah Ali dan Prilly juga tak tau.
"Mmm.. Pa, Lean pengen punya bisnis" ucap Lean tiba tiba.
Semuanya menoleh menatap Lean bingung "Maksudnya boy?"
"Kayak Anak anak artis itu lho Pa, jadi bisa ngasilin duit sendiri"
"Bisnis apa maksud kamu?" sahut Prilly kesal karena benar benar menjengkelkan sifat Lean ini.
"Jualan baju"
"Lean Mama benar benar bingung sama kamu, kamu ini ahh.. Mama gak tau, kemaren kata Papa, kamu godain Mbak Yani, terus karyawan Papa, terus tadi Mane, terus sekarang mau bisnis... Mama pusing tau gak" gerutu Prilly.
Dengan santainya Lean memasukkan roti yang dilapisi selai kedalam mulutnya "Kalau Mama pusing, pegangan tiang aja ma.. karena kata Pak Suripto yang jawa itu gitu"
"Tolong Le, sifat kamu dikurangi, Mama pusing tau gak"
"Sifat Lean gini mah gimana lagi?"
Tolong siapapun, jangan pernah meniru sifat Lean, yang genit, kadang suka menjawab setiap perkataan orang tuanya. Big no!.