2. Dia lagi

193 18 66
                                    

Gebi sudah sampai di rumah setelah di antar Adi, dia berjalan menuju kulkas, kemudian membuka kulkas tersebut yang isinya ternyata cuma ada air dingin doang. Dia menghembuskan nafas malas, lalu berbalik menuju kamar untuk mengganti seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya.

Mama Gebi tidak ada di rumah karena bekerja. Kebetulan Papa dan Mama Gebi bekerja di salah satu perusahaan yang ada di Bandung. Mereka selalu pulang larut malam, Gebi juga tidak memiliki kakak atau adik sehingga rumahnya selalu terasa seperti tidak ada penghuni. Di rumahnya tidak ada pembantu apa lagi tukang kebun. Kedua orang tuanya sepakat untuk tidak menggunakan jasa pekerja rumah tangga. Menurut mereka, mempekerjakan orang asing itu tidak aman.

Gebi beranjak dari kamarnya setelah selesai berganti baju, dia mengambil dompet bermotif Hello Kitty, kemudian berjalan keluar rumah.

"Laper...," lirih Gebi mengusap perutnya. "Beli cemilan di Minimarket depan aja deh," gumamnya sambil terus berjalan kaki. Kebetulan letak Minimarket itu tidak jauh dari rumahnya, hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit.

Gebi mendorong pintu Minimarket setiba di sana, kemudian berjalan masuk mengambil keranjang belanjaan. Gebi berkeliling melihat-lihat cemilan yang ingin di belinya.

"Ini enak nih kayanya," ujar Gebi mengambil salah satu cemilan. "Ini juga enak, waah... ini coklat juga enak." Gebi mengambil semua yang menurutnya enak dengan antusias.

Kesenangan Gebi memilih cemilan hanya sementara, karena tiba-tiba di sampingnya sekarang sudah ada cowok menyebalkan yang mengakuinya sebagai pacar di parkiran sekolah tadi.

"Hai...," sapa Bilal kepada Gebi dengan senyuman andalannya. Sementara Gebi, dia langsung membuang muka ketika mendengar suara Bilal.

"Yaelah neng, jutek amat sih sama abang, kayaknya kita jodoh deh," ucap Bilal senyum-senyum." Soalnya kita ketemu terus, seakan-akan takdir memihak kita." Sambungnya sambil mencolek bahu Gebi. Gebi langsung menepis tangan Bilal yang dengan kurang ajar mencolek bahunya.

Gebi mendengus malas dan melanjutkan acara belanjanya. Setelah selesai memilih cemilan apa saja yang ingin di beli, Gebi menuju kasir untuk membayar. Sedangkan Bilal terus saja mengikuti Gebi seperti anak Ayam mengikuti induknya.

Gebi mengeluarkan cemilannya ke meja kasir untuk di hitung harganya, penjaga kasir menerimanya dengan senyum tipis.

"Pacarnya Mbak?" tanya penjaga kasir yang kebetulan laki-laki.

Gebi melihat datar penjaga kasir itu, kemudian melihat Bilal yang senyum-senyum, lalu Gebi melihat lagi penjaga kasir tersebut.

"Kenapa, Mas? saya gantengkan?" tanya Bilal kepada penjaga kasir itu dengan percaya diri dan tidak tau malu.

"Enggak, b aja tuh," ucap penjaga kasir tersebut sambil tetap menghitung belanjaan Gebi tanpa melihat ke arah Bilal. Sedangkan Bilal mukanya sudah tidak enak di pandang.

"Mbak, kok mau punya pacar kayak dia? atau waktu nerima jadi pacarnya khilaf ya, Mbak?" penjaga kasir itu bertanya kepada Gebi tanpa takut membuat Bilal tersinggung.

"Sialan ini penjaga kasir, sok cakep jadi orang, padahal mukanya sebelas dua belas sama tukang gunting rumput sekolah." Rutuk Bilal dalam hati. Dia sungguh kesal di bilang jelek secara tidak langsung oleh penjaga kasir tersebut, padahal penjaga kasir itu enggak lebih cakep dari dia–menurut Bilal sendiri–, malah lebih mirip sama Andhika yang itu. Yaa itu, ya pokoknya Andhika yang itu maksudnya.

Gebi hanya melihat tukang kasir itu datar. Setelah membayar belanjaan Gebi segera pergi dari tempat itu. Sebelum pergi, Gebi melihat penjaga kasir itu. "Mas sebelum kerja di sini di ajarin tata krama sama pembeli 'kan? kalau iya ingat-ingat gimana cara melayani pembeli dengan baik, Mas." Setelah mengatakan itu Gebi keluar dari Minimarket tersebut dengan muka datarnya.

Gebi #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang