22. Satu Kelompok

45 6 0
                                    

"Sa...," Gebi memegang lengan Sasa, di goyang-goyangkan lengan Sasa ke kiki ke kanan. Dia terus merengek di koridor sekolah.

Gebi dan Sasa menuju kantin padahal bel pulang sudah berbunyi. Sasa ingin membeli minum makanya dia ke kantin. Sedangkan Gebi mengekori Sasa. Dia masih terus merengek.

"Udah terima aja nasib lo, Geb." Sasa terkekeh geli melihat Gebi yang seperti anak kecil.

"Gue enggak mau!!" kata Gebi keras. Dia melepaskan lengan Sasa yang sedari tadi dipegangnya.

"Kalau enggak mau minta sama Bu Dian aja sana," ucap Sasa enteng. Dia melihat Gebi yang terlihat menderita. Bukannya sedih, Sasa malah bahagia melihat Gebi sperti itu.

"Udah. Tapi Bu Dian enggak ngebolehin. Gimana dong, Sa." Gebi menarik lengan Sasa lagi. Dia memasang muka sesedih mungkin.

"Udah terima aja nasib lo sekelompok sama Bilal dan Udin." Sasa tertawa ketika mengingat pemilihan kelompok. Mereka di beri tugas yang mengharuskan berkelompok. Dan Gebi kebagian kelompok bersama mereka berdua. Sedangkan Sasa bersama Rafi dan Dia teman sebangku Rafi.

"Percuma dong usaha gue ngejauhin dia kalau akhirnya ketemu juga," keluh Gebi. Usanya sia-sia dari masuk kelas sampai pulang menghindari Bilal.

"Siapa yang nyuruh lo ngejauhin dia?" Sasa terkekeh mendengar perkataan Gebi. Dia mengambil air mineral di dalam pendingin. Mereka sudah tiba di kantin.

"Enggak ada sih." Gebi mengikuti Sasa yang sekarang menuju penjual minum untuk membayar.

"Terus?" kata Sasa santai.

"Tau ah. Males gue jadinya." Gebi melipat kedua tangannya di dada. Dia kesal, sungguh kesal usahanya sia-sia.

"Diiih..." Sasa terkekeh lagi. Sungguh senang melihat Gebi yang kesal seperti itu.

Mereka pergi meninggalkan kantin menuju parkiran sekolah. Gebi tidah pulang dengan Adi. Katanya Adi ada latihan sepak bola hari ini. Jadi dia menumpang dengan Sasa.

"Bi...," teriak seseorang yang ada di belakang mereka.

Gebi dan Sasa menoleh melihat sumber suara. Gebi langsung gelisah ketika melihat sang pemilik suara. Di sana tepatnya lima meter dari dia ada Bilal dan Udin yang sekarang berjalan ke arah mereka.

Sasa yang melihat Gebi sudah cemas terkekh geli. Dia menggeleng melihat perubahan Gebi yang tadinya mengomel karena harus satu kelompok bersama Bilal, kini terdiam tidak melakukan apa-apa kecuali raut wajahnya yang sudah gelisah.

"Kenapa, Bil?" Sasa memutuskan untuk bertanya kepada Bilal. Kalau menunggu Gebi yang bertanya itu hanya membuang-buang waktu.

Bilal dan Udin sampai di hadapan Gebi dan Sasa. Bilal yang melihat Gebi menunduk menatapnya heran. Padahal tadi ketika di panggil Gebi melihat ke arah Bilal. Tapi sekarang malah menunduk seolah menyembunyikan wajahnya.

"Dia kenapa?" Bilal menunjuk Gebi dengan matanya bertanya kepada Sasa tanpa suara.

Sasa mwngangkat kedua bahunya tidak tau. Padahal sebenarnya dia tau cuman dia tidak ingin melihat Gebi malu nantinya. Tapi di hatinya yang paling dalam dia sungguh ingin membuat malu. Dia tersenyum tanpa sadar.

Udin yang melihat Sasa tersenyum berpikiran bahwa Sasa senyum kepadanya. Dia membalas senyum Sasa dengan cengirannya. Hatinya seolah berbunga-bunga.

Sasa yang melihat Udin menyengir ke arahnya menampilkan raut bingung. Dia mengangkay kedua bahunya cuek. Tidak peduli dengan apa yang dilakukan Udin sekarang.

Gebi #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang